Langsung ke konten utama

Tarian Kata

Rangkai kata yang menari, mencoba menelisik sunyi dalam geram yang diciptakan sendiri. Itulah bayang, segurat sinar membentuk bayangan yang mengambil alih desir menjadi langkah. jika cahaya itu diam, terdiam pulalah langkah, hanya berputar-putar saja di tempat, menari, seperti para penari-penari sufi.

betapa namyak mata yang tertutup, sementara ia sibuk menjaga agar hijabnya tak jatuh. maka salahkanlah waktu dimana ia bisa saja membuka tirai langit. Benderang segala yang terpandang, tak lagi resah akan gelap yamg menggulung, menggantung, saling bertindih.

Sebuah kereta terparkir di ujung ampun. ia ingin melangkah kesana kemudian menghilang, nyaris tanpa jejak. adapun yang bertanya mengapa ia akan menjawab tenang ; aku ingin sejenak melepaskan penat di rindang bukit. Padahal ia melenyapkan diri ke balik bukit hingga ujung kukunya tak pernah lagi tampak.

pandangannya pada jam pasir yang lambat laun akan habis juga. sampai kapan malam dan siang saling mengganti, atau gugur dan subur daun berulang kali menjadi lukisan. Ia tak pandai menjawab, seperti halnya pada deret angka yang diacak berbagai rumus ilmu, dimana ia hanya duduk memandang lembaran kertas sementara dua tangannya memegang kepala, tanda ampun.

berhenti saja mengumbar cerita, agar tak semakin banyak embun menyentuh dedaun. mungkin ia akan menutupinya dengan plastik tebal, hingga tak banyak yang bisa melihatnya menari-narikan kata, di suatu pagi saat matahari sedang hangat-hangatnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senja di Palestina..

Senja di palestina, bidadari berbaris rapi menyambut para syuhada, sebagian berebut ruh mereka di tanah-tanah ajaib; Gaza.. Senja di Palestina.. raungan cekaman silih berganti rasa: syahid yang dimimpikan, syurga yang dijanjikan.. Senja di Palestina.. jutaan do'a bersayap cahaya menembus langit, beberapa mengiringinya dengan air mata, juga sesak; hanya itu yg dia bisa Senja di Palestina.. sesaat lagi fajar kemenangan akan tiba, menerbitkan cahaya di timur yang mengangkasa, dari Gaza.. 

Perempuan di balik senja

 Seorang perempuan memandang cermin, lusuh, ia sudah tak mengingat kapan terakhir ia membasuhnya dengan lap basah. Debu-debu dipermukaannya, menampakan wajahnya yang juga lusuh ditelan senja. Dalam cermin itu ia melihat bayangan almanak, tepat dipinggir jendela yang memerah karena pantulan matahari senja. Perempuan beranjak, mendekati almanak “sudah tanggal muda, aku lupa membaliknya” ia bergumam, lalu membalikan lembaran kalender yang telah lima bulan terpampang didinding kamarnya. “ah..minggu depan ternyata tanggal lahirku, bertambah lagi umurku” ia mengusap pipinya; kasar. Ia lalu berjalan, mendekati jendela. Sudah senja, langit memerah megah. Sebentar lagi gelap sempurna menggulung terang. Ia masih disana, kembali jatuh kagum pada senja, tempat semua heningnya berhimpun. Ia tersenyum; satir.. “sudah lagi senja, padahal baru saja kulihat arak awan fajar. Satu persatu warna tersibak, cahaya memancar dari timur, menebar warna, semua yang dilaluinya menjadi i

Tentang debar, deras kata dan hening hujan..

Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega