Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2013

Mewangi bunga dunia

Dunia indah di ciptakan menawan hati Kadang menggoda Jelita di pandang terasa harum Semerbak mewangi bunga dunia Mencinta tiada akhirnya Merindu menjadi pilu Mendamba entah pastinya Terlena hampa sembilu Wahai diri berapa lama lagi Kau terus begini Terus menghianati Kapankah lagi Engkau kan kembali Berserah diri Setulus sepenuh hati Tundukan pandangan mata dan hatiku Dari gemerlap dunia yang palsu memperdaya jiwa Ku memohon kepadamu Yaa Rabbi Selamatkanlah duniaku dan akhiratku yang pasti Ampuni dosa khilafku Dimasa laluku kini dan nanti (Tazakka)

Denganmu semua menjadi sederhana

semua hal menjadi sederhana jika denganmu bagaimanapun kabut, engkau selalu menjelma matahari walaupun hujan badai, engkau selalu menjelma pelangi "aku merasakan beban berat, lelah, penat" kataku di suatu senja lalu engkau tersenyum, sesederhana itu lalu segala beban, lelah, penat itu menjadi kumpulan debu engkau tiup, lembut, hingga tiada satupun tersisa di jemariku "tenang saja, apapun itu aku akan selalu untukmu" katamu, masih dengan senyum lalu aku pun mengukirnya juga sama, senyum, cerah, tenang. "mari bersama memetik tentram, kelak engkau akan selalu melihatku dekat walau jarakmu tak lagi dekat, walau matamu terhalang hijab" ucapmu lalu aku beranjak, berjalan seringan kapas, diterbangkan angin yang dihembuskan senyummu terima kasih, sungguh, denganmu semua menjadi sederhana..

Ya Rasulullah

Yang aku cintai adalah dia. Belum pernah mata menatap, tapi hati jatuh sejatuh-jatuhnya jatuh; debar, cinta, rindu..Ya Rasulullah Aku merindumu, maka aku mengenangmu, menyebut namamu, penuh dengan cinta yang meluap haru.. Lalu harapku; menemuimu di telaga kautsar, membersamaimu sedekat jari jemari, menatap teduh wajahmu..luap, meluaplah semua rindu Jika merindumu saja sedemikian haru, apalah jika benar-benar kupandang indah wajahmu..Ya Rasulullah, terima kami sebagai umatmu  Tetiba rindu..tetiba debar..jika cinta adalah mata yang mendamba jumpa, inilah aku yang benar-benar ingin menatapmu..Ya Rasulullah

Aku, kamu, cinta..

    Suatu pagi di ruangan kelas Tahfidz Qur’an. Seorang lelaki paruh baya, berkoko putih dan berjenggot tipis memasuki ruangan. Ia berjalan cepat dan terlihat memegang beberapa berkas dan Mushaf Qur’an. Aku memandanginya hingga ia menyimpan berkas-berkas itu di meja dan duduk di depan kami semua.     “Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuuh..teman-teman semua, perkenalkan ana Ahmad Zainul Haq, Insya Allah ana yang akan membimbing antum semua selama disini. Mohon kuatkan azzam , keikhlasan, agar selama disini Allah memudahkan langkah-langkah kita, mewujudkan cita-cita kita dan melayakkan kita menjadi pemanggul amanah besar sebagai penjaga kalam-Nya, insya Allah. Baik sebelum mulai kelasnya, ana mau bertanya terlebih dahulu. Adakah disini yang sudah siap menikah?”     Kami terkejut mendengar pertanyaan Ust. Ahmad, dihari pertama kami.   Yang ditanyakan bukan tentang kesiapan atau sudah berapa banyak hafalan kami, tapi beliau menanyakan tentang kesiapan kami menikah. Menangka

Tanda tanya

"Aku akan menghapusmu" kiraku. Lalu tanda tanya, prasangka, sakit..sakit? Bukankah terlalu sering ia menghujamkannya? Apakah telah bebal wajah, kebal rasa, mati jiwa? Mari berbela sungkawa

02. 19

Tak seorang pun yang mampu memburamkan hariku, menghitamkan matahari, memusarkan badai. Pun kamu...yang berulang kali menabur kelabu

Keluarlah saudaraku..

(Anis Matta) Saudaraku kau tahu bencana datang lagi Porak lagi negeri ini Hilang sudah selera orang-orang untuk mengharap Sementara jiwa-jiwa nelangsa itu Sudah sedari lama berbaris-baris memanggil-manggil Keluarlah keluarlah saudaraku Dari kenyamanan mihrabmu Dari kekhusyukan i’tikafmu Dari keakraban sahabat-sahabatmu Keluarlah-keluarlah saudaraku Dari keheningan masjidmu Bawalah roh sajadahmu Ke jalan-jalan Ke pasar-pasar Ke majelis dewan yang terhormat Ke kantor-kantor pemerintah dan pusat-pusat pengambilan keputusan Keluarlah keluarlah sadaraku Dari nikmat kesendirianmu Satukan kembali hati-hati yang berserakan ini Kumpulkan kembali tenaga-tenaga yang tersisa Pimpinlah dengan cahayamu Kafilah nurani yang terlatih Di tengah badai gurun kehidupan Keluarlah keluarlah saudaraku Berdiri tegap di ujung jalan itu Sebentar lagi sejarah kan lewat Mencari aktor baru untuk drama kebenarannya Sambut saja dia Engkaulah yang ia cari

Januari cinta

Kau, tahu, yang dulu selalu mengikuti kemana perempuan itu pergi? Namanya nestapa. Seperti gerimis menjelma jarum-jarum patah, masuk ke kaki dan hatinya. Tapi kau mungkin tahu, perempuan itu telah memutuskan untuk tersenyum sepanjang usia, hingga kelak kembali. Dan senyumnya menjadi abadi ketika untuk pertama kau memandangnya dari jendela hidupmu. Kau ambil tangannya dan kau letakkan di jantungmu. Ini aku. Apakah kau mau berlayar? Tiba-tiba semesta menarikan tarian yang tak pernah dilihat perempuan itu. Dari matamu jatuh sepotong bintang, masuk di kedalaman rindunya Ia merasa menemukan cinta bernama: engkau. Dan kau tahu, sejak itu ia lupa, seperti apakah nestapa yang mungkin tumbuh dari dalam dirinya? Ia hanya ingin berlayar bersamamu. Setiap hari, tak pagi tak siang tak malam, dari matamu selalu jatuh sepotong bintang. Dan alam tak pernah berhenti menari. Laut berseri. Perempuan itu mengumpulkan semua bintang di hatinya yang semakin cerlang. Lalu musim berlari. Tiba-t

Episode cinta untuk sang Murabbi

Seperti tak percaya aku mendengar kabar itu: kau sudah pergi untuk selamanya. Dan kenangan demi kenangan berkelebat cepat di benakku, menyisakan satu nama: Rahmat Abdullah. Kita memang tak banyak bertemu, tak banyak bercakap. Tapi percayakah kau, aku menjadikanmu salah satu teladan diri. Kau menjelma salah satu sosok yang kucinta. Tahukah kau, hampir tak ada tulisanmu yang tak kubaca? Dan setelah membacanya selalu ada sinar yang menyelusup menerangi kalbu dan pikiranku. Tidak sampai di situ, buku-bukumu selalu membuatku bergerak. Ya, bergerak! Kau mungkin tak ingat tentang senja itu. Tapi aku tak akan pernah melupakannya. Saat itu kau baru saja pulang dari rumah sakit untuk memeriksakan kesehatanmu. Aku dan seorang teman menunggumu. Kami membutuhkanmu untuk memberi masukan terhadap apa yang tengah kami kerjakan. Tanpa istirahat terlebih dahulu, dengan senyuman dan kebersahajaan yang khas, kau menemui kami. Tak kau perlihatkan bahwa kau sedang tak sehat. Bahkan kau bawa sendiri mak

Cinta katamu..

cinta katamu, serupa benang-benang halus yang sedang kau tenun kelak ia akan menjadi selembar kain sehalus sutra dimana aku akan nyaman berbaring diatasnya maka cinta katamu, adalah sabar menunggu penantian tak berbatas waktu tunggulah sampai kamu menyelesaikan sulamannya lalu aku, kita akan berbaring bersama diatasnya menatap langit malam yang megah dengan purnama bulan dengan gemerlap bebintang

2 orang renta..

seorang renta mengatur mobil yang hendak keluar parkir dari sebuah rumah makan tubuhnya sudah bungkuk, rompi parkirnya terlihat sangat lusuh ia berusaha meniup peluit untuk mengeluarkan mobil terkadang ada suara, terkadang tidak; nafasnya terengah-engah sang pengendara menghardiknya kasar, karena sudah lebih dari 5 menit ia tak juga keluar aku bertanya-tanya. di usia serenta itu kemana gerangan anak-anaknya? yang dulu ia sayangi sepenuh hati, jiwa, cinta..? Seorang perempuan renta duduk-duduk di sebuah teras rumahnya menjelang senja tatapannya kosong menatap lalu lalang mobil yang melewatinya tak pernah ada lengkung senyum, baju batiknya tampak sangat lusuh berpadu dengan rambutnya yang telah seluruhnya putih seorang manusia berkata padanya, keras: "masuklah, sudah mau malam!" aku bertanya-tanya. Itukah anaknya? yang dulu ia sayangi sepenuh hati, jiwa, cinta...?

Palsu

Adakah yang mereka tak tahu? jika mereka melihat biru langit atau gemerlap bintang sesungguhnya itu adalah kabut dan gulungan gelap hitam, menakutkan Jika mereka lihat sepi, sunyi yang disenandungkan sesungguhnya itu adalah suara yang bertalu-talu, memecah kaca memekakkan telinga, ia menghancurkan hati-hati yang tertipu diamnya mereka hidup di ruang hampa udara dan telinga yang disumbat kanan kirinya salah siapa? aku berlari, jauh ke lampau dimana semuanya berawal kutemukan wajah seringai srigala, khianat, kepalsuan. dari sanalah, hingga akhirnya sebuah kubah raksasa dibangun dikurung mereka dalam dunia yang palsu, dunia yang tak nyata bahkan tak pernah benar-benar ada. ada yang jatuh dalam harap, ada juga yang menyematkan iba padahal tak lah diperlukan itu semua apalah gunanya bagi topeng yang dipakai kesana kemari selain (nanti) sakit, kecewa yang menggejala, mewabah luas; menghitamkan semesta Lalu aku menerka langkah, hendak apa, hendak kemana? menghilang lalu had

Sabtu yang random

    Hari yang random, pagi ini dimulai dengan perjalanan menembus gunung-gunung di daerah Kabupaten Bandung. sering sih kesini, tapi tetap saja ada rasa yang selalu berbeda waktu ngelewatin pohon-pohon, sawah, batu-batu besar dan menikmati Bandung dari puncaknya, segar, takjub, inilah negeriku yang indah.     Perjalanan pulang, mampir ke stadion si jalak harupat soreang, menikmati megahnya, mengagumi hamparan pemandangan di sekitarnya, terutama pohon pinus yang berjejer rapi. lalu ngobrol dengan ibu-ibu yang ngejual kaos-kaos persib dan membelinya satu untuk nonton pertandingannya besok.     Sore perjalanan dilanjutkan, kali ini ngemall. tujuan pertama? timezone. Setelah itu liat balap Tamiya di lantai yang sama. jangan ngebayangin ini dunia anak-anak, ngga, justru sebaliknya, yang maen balap tamiya ini kebanyakan Bapak-bapak. Ada track panjang dan besar, para peserta bahkan membawa box peralatan layaknya montir mobil beneran. Ter wah wah juga liat tamiya yang super ngebut itu, sayan

Kangen Yasin

    Semacam kangen anak-anak yasin. apalagi kalau sabtu begini biasanya kita-kita kumpul, nyanyi nasyid, maen ps trus nonton bola sampe tengah malam. Inget Aden yang taunya tombol ngoper sama nendang doank, karena menurutnya cukup hal itu yang diperlukan dalam sebuah sepakbola. Inget si Dupey yang minus matanya udah parah tapi tetep ngga mau pake kacamata, yang membuat wajahnya harus deket-deketan sama layar tipi biar keliatan gawang lawan, yang kalau kalah ia berfilosofi "jangan susah, ini hanyalah sebuah permainan belaka". Inget si Epul yang suka gonta ganti tim, tergantung tim mana yang saat itu lagi jago, walaupun pada akhirnya melabuhkan tim fav nya ke barcelona karena tim itu yang ngga pernah ngga jago, walau juga tetep sering minta di restart game nya kalau Messi nya cedera. Inget si Andri yang ngeliatin aja dibelakang karena lupa lagi caranya maen ps semenjak PS 2 miliknya ngga laku lagi dimainin anak-anak. Inget juga si Tomi yang maenin tim-tim yang pemain sayapn

Purnama Bulan

Aku masih mengingat jelas, pada suatu pernama dimana kita berjalan bersama, searah, menembus malam. kota saat itu tidaklah terlalu ramai, bahkan tanpa hujan, cerah secerah-cerahnya. mungkin karena bulan, mungkin karena bintang, mungkin karena kamu.. Semuanya begitu cepat, tak pernah aku menyangkanya, membersamaimu melewati perjalanan jauh ditemani lampu-lampu kota yang benderang. aku masih mengingat bagaimana kukatakan purnama yang kulihat di timur langit itu telah berpindah pandang ke langit barat, lalu engkau tersenyum, sebinar yang sedang kubicarakan; purnama bulan. Lalu kita bercerita, tentang banyak hal, yang sesekali kita iringi dengan tawa riang, sesekali juga mendegupkan jantung, tak henti-hentinya bertanya: benarkah ini? Mungkin biasa bagimu, bagi mereka, tapi tidak untukku. Saat itu aku telah langsung mengukirnya di langit kenang, agar kelak bisa kulihat saat merindukanmu. Namun berlalulah..perjalanan jauh yang sama sekali tak pernah aku rasakan riuh, lelah, jenuh. aku