Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2012

Perempuan di balik senja

Aku menatap wajahmu lekat-lekat ia seumpama kota dengan lalu lalang orang-orang yang ramai dan engkau diam di sudut rumah sendiri teracuhkan segala hiruk pikuknya. kau nikmati sendiri semua nyanyian rindu sembari sesekali melihat keluar jendela untuk sekedar memandangi senja yang semakin menua kau iringi segala pandang itu dengan desah "haruskah aku menyerah pada dia yang menanti dengan setia?" sementara di seberang kota, seseorang menunggu sesuatu dari balik senja: Jawaban..

Seperti itu

Kisah itu kamu tempat muara segala resah, tanya, gundah, tawa juga rinduku maka hendak kemana waktu membawamu adakah ke beranda penantianku?

i will remember

As I open my eyes to one more day The wind burns my face As it whispers your name As it's pulling me forward It tears me free And the only thing left Is the tears for you and me 'Cause when love breaks the promise The heart has to keep It leaves only truth here to find When the spirit is crushed And hurt is so deep Between you and I Even when love has come and gone And our hearts have moved along I will remember There was a time we had the trust And that always was enough I will remember I will remember you... (Toto)

Tahun kesepuluh

    seorang lelaki memandangi timur langit, pada suatu hari menjelang senja, langit memutarkan cerita. seperti mesin waktu. ia dibawa kesana utuh, tiba-tiba saja ia tersenyum "aku mengingatnya' gumamnya, "wajah itu", tambahnya "yang akan selalu aku bawa hingga berpuluh umurku". ia lalu menghitung jari tangannya, sebanyak itulah bilangan tahun dimana wajahnya tak pernah luruh, menabuhkah derap yang terkadang membuat hatinya runtuh. namun ajaib, semua rapuh itu selalu saja dikalahkan seonggok harap. maka ia kembali tersenyum, hingga sepuluh tahun.     "wajah itu" serunya "selalu menunduk, namun tak ada yang dapat mengalahkan senyumnya, sekalipun lengkung sabit bulan" cerita yang berputar, hingga kisah mereka tak jua usai, entah sampai kapan, namun selalu saja ia nikmati semua debar, juga harapan-harapan setinggi awan yang diarak angin menuju barat, lalu tenggelam, hilang ditelan malam.     mereka sedekat langit dan awan, hingga orang-ora

Dari sinilah kisah itu bermula

Kebersamaan katamu, akan menghadirkan kuncup-kuncup bunga tunggu saja hingga ia mewarnai taman hatimu lalu ia tersenyum, sehangat pagi lalu aku terjatuh, "salahmu" kataku ia terbahak, lalu bertanya "Apa yang hendak kau katakan sekarang?" "maukah engkau menjadi pendampingku?"tanyaku wajahnya memerah, seperti senja langit bercerita, mentari pulang ke peraduannya sementara malam mulai memeluk; senyum bulan .............................. Perpisahan, katamu adalah keniscayaan setiap hidup lambat laun kita kan menempuhnya jangan salahkan waktu jika terlalu cepat menghampirimu menghampiri kita wajahnya murung, semuram kabut Lalu aku hancur, "salahmu" kataku ia menahan tangis, lalu bertanya "Apa yang hendak kau katakan sekarang?" "pergilah, aku merelakanmu" Wajahnya menghitam, sekelam malam Sementara langit menyempurnakan gelapnya potongan bulan jatuh berkeping pecahannya mengoyak mata, menderaskan air ma

Jatuh

"Aku jatuh suka," kata lelaki itu tiba-tiba kabut, matanya basah ada yang patah kesetiaan. denyut luka "haruskah cinta diucapkan?" mata perempuan itu kian kabut gerimis liris menyelusup di sela jemarinya apalah cinta pikirnya selain kata yang selalu saja meminta satu dari dua rasa ; binar atau perih? Helvy Tiana rosa

Buat sepasang mata tak dikenal

Buat sepasang mata tak dikenal kalaulah kegandrungan yang kunyatakan ini menarik perhatianmu atau tak berarti apa-apa bagimu maafkanlah aku, namun dimatamulah dalam lindup bayang-bayangnya, suatu petang kita bersandar istirah dan sebentar terhantar dalam tidur yang indah. dalam ketenangannya kubelai bulan dan bintang-bintang kuanyam kapal khayal dari kelopak-kelopak kembang dan kubaringkan jiwaku yang lelah disana kuberi minum bibirku yang dahaga dan kupuaskan gairah mataku yang mendamba Muhammad Al - Fayaturi, Mesir 1930

Huruf-huruf yang tak menjadi kata

Pernah suatu ketika, kita mengukir satu persatu huruf untuk dijadikan rangkai kata kita mencobanya saat berjalan beriring di bawah benderang bulan atau ketika duduk berhadap-hadapan di sebuah meja persegi panjang. namun huruf-huruf itu tak pernah menjadi kata kita tak pernah menyelesaikan huruf-huruf itu menjadi kalimat yang utuh seperti potongan puzzle entah dimana kamu menyimpannya entah kemana engkau hendak membawanya berlebihankah jika kelak jasad-jasad kita kembali utuh aku membawa keping-keping puzzle itu kepadamu? atau kepada Tuhan, memintaNya menyelesaikan semua tanya? atau meminta engkau? atau yang serupa dengan engkau?

Hujan Sore Itu

Ia kembali hadir dengan rangkaian huruf dan senyum yang sesekali menyapa nyata. "Tunggu" katanya "jangan dulu melupakan aku, belum saatnya, masih ada waktu" Hujan besar sore itu, langit mencurahkan cintanya, membasuh rindu bumi. sementara beberapa orang menepi, menyaksikan mereka memadu kasih. "tapi aku bosan" sanggahku " rindu itu bukan hanya bertemu, tapi dirindukan. Rindukah engkau padaku?" kilat sesekali menyambar, bukan bumi ini saja yang ia hujani. beberapa menantinya dengan sabar. "tak kah kau baca mimpi-mimpimu, duhai?" katamu "bukankah seringkali aku menyapamu saat engkau telah sempurna melupakan?" "justru itu" jawabku "dapatkah engkau berhenti menggangguku?" ............. hujan mulai reda sore itu, jalanan, tanah, rumput telah basah tergenang. langit masih mendung memang, pun matahari, tak ada yang tahu kemana ia menyembunyikan diri.

Sampai Kapan?

Akhir-akhir ini entah kenapa, saat mata dalam sadar jaga nyaris tak sebersit pun tergambar wajah yang dulu begitu menyesakkan itu,. namun ketika terpejam mata, tetiba wajahnya hadir sempurna, termasuk senyum yang begitu menjatuhkan itu. Ada apa? karena setelah itu biasanya ia akan hadir dalam berbagai wujud nyata. hadir kembali melalui rangkaian2 kata yang tak lama diiringi juga oleh tatapan mata; nyata. Ada apakah? jika mimpi bunga tidur, bagaimana ia bisa ada disana sementara tak sedetik pun jiwa mengingatnya. rindukah ia? sementara di alam lain itu ia merajuk mesra tak ingin dilepas. atau bisikan buruk semata? aku tak mengerti kecuali pertanyaan yang terus menerus mengitari kepala : Sampai kapan?

Ah....

Begitulah caramu memperlakukan aku tak membiarkan sekejap pun melupakan menyakiti dengan rindu yang menghujam-hujam diam-diam hadir dalam berbagai rupa dan bentuk dan mimpi adalah cara terkejammu menyapaku bagaimana tidak, hanya disana kita berjalan beriring sementara tangan saling menggenggam erat lau kita merasakannya desir-desir itu sampai ke hati seperti angin di terik gurun pun disana tersyairkan kalimat-kalimat bersayap cahaya padahal sungguh tak lah mungkin dalam nyata. ada apakah? mengapa kurasakan sakit saat mata kembali terjaga? mendapati rindu yang meredup kembali hidup? ah..