Apa yang bisa kau katakan tentang kenangan?, tanyanya suatu ketika. Apa? Jawabku, adalah air mata, parau, sesak, lagu-lagu kematian, angsa-angsa hitam.. Cukup!! Katamu, terlalu satir jawaban itu kudengar. Sekejam itukah ia menjadi seorang penyiksa? Tanyamu lagi. Itu belum setengahnya kudefinisikan, mau kau dengarkan sisanya? Tanyaku. Belum setengahnya? Matamu terbelalak tajam Kamu baru melihat sabit bulan, belum purnama. Mengerikan, aku tak ingin mengenang jikalau begitu, aku tak akan mampu menahannya. Katamu Tentu tidak, kamu tak akan mengenang apapun. Karena kamu telah menjadi kenangan yang menyakitkan itu, gumamku. Apa katamu? Tanyanya Tidak, lupakan saja. Jawabku...tersenyum