Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2013

Sudah

Tiba-tiba saja rindu mungkin karena malam, mungkin karena sepi atau mungkin juga sedikit sapa yang kau jadikan kata-kata tadi pagi tapi aku tak mau peduli cukup rindu hanya menjadi rasa, bukan asa sudah..

Tentang yang pernah kau tanyakan itu

Apa yang bisa kau katakan tentang kenangan?, tanyanya suatu ketika. Apa? Jawabku, adalah air mata, parau, sesak, lagu-lagu kematian, angsa-angsa hitam.. Cukup!! Katamu, terlalu satir jawaban itu kudengar. Sekejam itukah ia menjadi seorang penyiksa? Tanyamu lagi. Itu belum setengahnya kudefinisikan, mau kau dengarkan sisanya? Tanyaku. Belum setengahnya? Matamu terbelalak tajam Kamu baru melihat sabit bulan, belum purnama. Mengerikan, aku tak ingin mengenang jikalau begitu, aku tak akan mampu menahannya. Katamu Tentu tidak, kamu tak akan mengenang apapun. Karena kamu telah menjadi kenangan yang menyakitkan itu, gumamku. Apa katamu? Tanyanya Tidak, lupakan saja. Jawabku...tersenyum

Percayakan padaku

Ketika orang lain tidak mempercayai betapa hidup tak hanya tentang melangkah sendiri, maukah kau percaya jika aku akan selalu bersisian denganmu? Ketika kau mendengar seseorang meragukan dunia,  maukah kau percaya padaku yang menggenggam jemarimu dan berkata,  "Duniamu, kujaga dengan hati."? Ketika kau bahkan tak percaya pada mereka beserta hidup dan dunianya,  maukah kau percaya pada apa yang kuucapkan saja? bahwa, aku mencintaimu.    Oleh: @Riesna_

Syair malam; tentang sepi..

Dari utara, seseorang berlari dari sepinya, menuju tempat yang tak akan ada. @ idrchi  Aku suka bermain dengan sepi. Tak perlu kata atau aksara. Ia memahamiku lebih dari semesta. @ lintangnagari Kau yang mengajarkanku tentang sepi, hingga kau pergi dan kini rindu tak lagi menepi @ sajak_terakhir Di syair yang lain, sepi ialah ramai yang dicari-cari. Sementara kaulah kata-kata luka; berpesta pora di dalamnya. @ idrchi Akan kujadikan kau laut, atau langit; yang biru, yang mampu menampung luas kesepianku @ tupin_ Puisi punya sepinya sendiri, katamu. Tapi, beranjak dari mata telaga ke kota-kota, dan menuliskannya di sana. @ ikuih Aku meletakkan puisi kesepian dan sebilah pisau di atas meja; seorang lelaki tertatih, ditikam bayangannya sendiri. @ tupin_ Dari apa sepi diciptakan? Dari langit yang merendah, jalan-jalan terbelah, dan jerit sepi yang tak mati-mati. @ ikuih

Percakapan disebuah senja..

Apa yang lebih menyedihkan dari cinta yang tak terlabuh? cinta yang tak bisa memiliki? seseorang bertanya padaku di senja itu seperti senja? aku balik bertanya apa maksudmu? tanyanya kamu mencintainya, namun kamu tak bisa memilikinya. Ia bahkan hanya sebentar dapat engkau pandang. Jangankan tanganmu memeluknya, matamu saja sudah kepayahan menangkapnya. mungkin benar, katanya. Tapi apa yang bisa disalahkan pada perasaan? tak ada sama sekali, jawabku. salahnya adalah mungkin kita terlalu membesarkannya kamu menyiksa dirimu sendiri sejatinya, mencintai namun harus memiliki. Apa kuasamu atas itu semua? pun pada waktu yang lambat laun akan memisahkanmu. sesingkat senja, sadarkah? cinta sejati katamu, adalah ketika mata saling beradu pandang, tangan saling mendekap mesra, hati selalu terpaut rasa, begitukah? alangkah naifnya. Bilakah perpisahan yang lambat laun kan memisahkanmu, pudarkah semua itu? Tentu tidak, jawabmu, aku ingin melabuhkannya saat ini saja anggap saja begitu, c