Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2013

mengemas kenangan

mengemas kenangan, sesaat lagi semuanya kan sempurna hilang. Seperti menyayat perih, atau menaburkan cuka pada luka. Namun apa kuasaku pada waktu? ia yang selama ini menjadi puisi sendu akan hilang berlalu, lantas kepada siapa lagi kupuisikan rindu-rinduku, jika padamu sudahlah tabu? Aku menyimpan tanda pada malam, dimana kamu selalu menjadi pemeran utama dalam lakon berjudul sepi. Ceritanya akan segera usai, selesai. Mungkin akan segera pagi, mungkin akan segera matahari, atau mungkina malam masih panjang? dengan aku yang tak bisa terpejam dan jatuh dalam sepi dan kenang?...mengenangmu?

Delapan Sisi

          hari ini saya mau me-review buku yang baru saja saya baca, judulnya "8 sisi" yang diterbitkan oleh plot point. Awalnya saya tertarik membaca buku ini karena salah satu penulis dalam antolologi cerpen ini adalah salah satu blogger favorit saya: Riesna Kurnia. Saya yang "geram" karena penulis seperti dia belum menerbitkan juga buku, akhirnya terpuaskan dengan karyanya yang akhirnya dibukukan. Titel sebagai penulis resmi ia sandang sekarang, setelah cukup lama menjadi blogger yang banyak dinikmati karya-karyanya hehe.     Karena alasan itu, maka wajar mungkin karya yang pertama saya baca adalah cerpennya yang berjudul Tris. Tanpa melihat lembar-lembar awal saya langsung loncat ke cerpennya yang disimpan di halaman 91. Bagi yang terbiasa membaca blognya tentu akan sedikit heran, karena kali ini ia hadir dengan "tidak seperti biasanya". Narasi-narasi puitis yang menjadi kekuatan tulisannya di blog tidak ditemukan dalam cerpennya. Uniknya

selamat siang

aku hanya mampu menyapamu dengan kata-kata apalah daya, mataku tak sanggup menangkapmu jika jarak dapat dilipat, sudah tentu aku selalu disana memandangmu diam-diam, sebentar seperti yang sering kulakukan disaat mata kita beradu pandang

Sudah lagi senja

Sudah lagi senja apa kabar ia yang selalu engkau tangkap menjadi kata-kata? telah lama tak kulihat ia menjadi cerita lupakah engkau bagaimana menuliskannya menjadi kepingan puisi? atau kamu menyimpannya saat kelak engkau jadikan buku? agar tenang aku membacanya hingga beribu, hingga malam berlalu dan engkau tersenyum mesra disampingku? dan apa kabar senjaku? entahlah, aku kehabisan kata-kata mungkin semuanya telah habis untuk kujadikan puisi rindu yang menuju: kamu...

tentang sebuah pilihan

ini kisah tentang sebuah pilihan seorang lelaki duduk termenung disebuah malam yang memuncak "siapa yang akan engkau pilihkan duhai?" sebuah pertanyaan "entahlah" jawabnya "bukankah telah ku berikan jawaban namun kalian menolak geram?" "ia bukanlah sebahagian dari kita, kami sodorkan bumi untuk kau pijak, namun engkau selalu menghiba langit; bulan, bintang, awan" "apa yang bisa aku katakan tentang hati? bukankah ia yang telah memilih? salahkah ia yang telah jatuh pada malam? tempat ia melabuhkan sepi hingga segala gundah dan sedihnya? salahkah jika ia jatuh dalam rangkaian gugusan bintang, tenang bulat bulan atau heningnya yang menenangkan?" "engkau memilihnya? atau matamu? atau rasamu? pernahkah engkau meminta Tuhan memilihkannya untukmu?" "sesungguhnya mataku amat jarang menangkapnya, rasaku telah kubunuh sejak senja sebelum malam tiba, dan pada Tuhan? bukankah rasa ini sebuah jawaban?" jawabnya menghentak

Malam ini aku

malam ini aku memikirkanmu ia menyiksaku dengan bertubi rindu aku selalu ingat, tatapan wajahmu yang hangat atau senyummu yang menyenangkan untuk dipandang malam ini aku merindukanmu entah apa lagi yang bisa kutuliskan selain perumpaan-perumpaan tentang wajahmu yang rupawan lengkung sabit bulan adalah senyummu kilau kerlip bintang adalah matamu sejuknya fajar adalah wajahmu hari ini aku banyak memikirkanmu ketika hujan yang adalah tamanmu menarikan seru ketika senja yang adalah tempatmu merangkaikan kata ketika malam yang adalah saatmu menyiksaku dengan lagu-lagu rindu malam ini aku memikirkanmu malam ini aku merindukanmu malam ini aku jatuh dan jatuh padamu jatuh, sejatuh jatuhnya jatuh...