Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013

di sebuah senja

merindukan puisi yang biasa lahir dari senjamu kemana gerangan sekarang ia berlabuh? pun senyummu, pun tawamu, pun hadirmu kemana sekarang ia mengaduh?

Nyaris aku, tapi bukan..

Awalnya tentang senja, dan kekaguman tentangnya megah langit, merah mega dan matahari yang melambai pulang tapi ternyata bukan hanya aku pun kamu mengagumi hal yang sama kita saling pandang, lalu tersenyum lalu kita saling membalas puisi tentang senja yang kita cintai itu lalu kita menjadi semakin dekat sedekat jemari.. tibalah pertemuan.. aku mengingat kamu yang berjalan mendekat senyum terangkai bak senja yang benderang aku jatuh dalam malam, senja yang kubaca kamu itu kubawa hingga ke alam di mana segala hal hanyalah terbatas pejam dan terjaga aku menyimpan harap dan kejatuhan yang kunikmati sendiri.. kamu, telah kuukir menjadi rangkaian puisi tibalah masanya.. semua orang menjadi pembaca, mereka membaca harapku lalu mendorongku ke dalam jurang ada kamu menanti di bawah, kata mereka ternyata tidak, kamu tetap di atas: memalingkan muka kamu menyumbat telinga, tak ingin mendengar apa yang mereka teriakan kamu dan aku adalah sepasang temaram aku mengaduhi kejat

Anjelie

Ingat saat kita berdua Duduk di bawah malam   Memandang indah bintang yang berpijar di hati   Berjanji kita berdua untuk tetap setia meski berbeda Ingat saat kita berdua   Meraba cinta itu   Bertanya-tanya pada waktu yang terus berjalan   Dan kau bisikan kata cinta pasti abadi   Hingga waktu itu tiba Anjelie datang dan pergi   Yang beri selalu aku senyuman   Di setiap mimpi Anjelie datang dan pergi   Menjadi satu kenangan Ingat saat kita berdua Dalam tangis dan tawa   Tak kau keluhkan wajah cantik walau terluka   Terucap kata jika hanya kau yang mengerti aku disaat aku lelah   Dan tak pernah akan sudah Aku dan kamu   Pernah satu   Walau perbedaan selalu ada di hati   Jika semua ini apa adanya Kuingin engkau mengenang   Disini aku mengenangmu... oleh: Flanella

Diam

Dia yang memilih berhenti berkata-kata kita rasakan hening disebuah ruang bernama bumi tak ada suara, selain kenangan yang bernyanyi bisu apa kabarmu? apa rasamu? rindukah engkau kembali bercerita tentang pelangi? tentang rumput yang basah setelah hujan tentang kamu; yang menjadi bebintang atau mendengarkan aku merangkaikan puisi mendengarkan kicau burung yang kamu sebut penyanyi semesta mendengarkan hujan sembari menutup kedua mata atau berbisik pelan "kita adalah sepasang yang tak terpisahkan". .............. tapi kamu sedang diam sekarang mungkin sedang malam atau mungkin sedang kehabisan kata-kata yang beterbangan di atas kepalaku

kisah..kenangan

apa yang hendak kita katakan pada putaran bumi rodanya seolah tak hendak berhenti berputar membawamu pada senja yang berulang terus menerus bergiliran dengan fajar tak ada yang tertinggal, semuanya ikut berputar pun aku, pun kamu; kesenjaan adalah keniscayaan tentang usia kita yang semakin pudar; menuju akhir; hilang maka aku, kamu menyimpan sesuatu untuk dikenang; kisah kisah tentang kuncup bunga, pelangi atau rinai hujan penuh warna, aku menyebutnya kenangan tempat semua kisah tak berkesudahan tak lekang habis tergerus zaman bagaimanapun senja berulang, ia selalu disana bagaimanapun fajar berulang datang. ia tetap disana kamu menyebutnya kisah aku menamainya kenangan tak ada yang salah, aku dan kamu sama-sama benar bagaimanapun kita akan menua; bersama atau sendirian dan kamu tinggal memilihnya meninggalkan kisah dibelakang atau membawanya menjadi kenangan; seperti aku..

Seperti itulah..kamu

aku nyaris tak punya kata-kata untuk dirangkai kecuali namamu untuk dikenang aku nyaris tak punya sesuatu untuk dipandang selain senyummu yang mengurai aku nyaris tak punya tempat pulang selain bahumu untuk bersandar aku nyaris tak punya harapan selain hadirmu yang gemintang