Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

pintu..tentang sebuah pintu

tetiba seseorang mendekat lalu berkata "pintu yang telah kamu berpaling dan menjauh itu terbuka lagi, bilakah kamu berbalik dan mencoba kembali mengetuknya?" "tidak" kataku "aku tak pernah benar-benar mengharapkannya terbuka lalu sang penghuni mempersilahkanku masuk. Aku hanya pengagum kayu jati yang menjadi bahan pintu, pun sang penghuni aku yakin dia adalah sebaik-baik pecinta seni." "bodoh" katanya "kalian akan menjadi sepasang seri, rumah yang dihuni akan dipenuhi barang-barang bercitarasa tinggi. Ada apa denganmu, telah jadikah engkau seorang pengecut dungu?" "kalian tak akan mengerti, para pengagum itu tak selalu ingin memiliki. Terkadang mereka sadar diri, menilai diri dengan langit, jika mereka adalah punuk maka batasnya adalah merindu, cukup sampai disitu. Tak harus mereka menaiki awan untuk memeluk bulan." "kamu membohongi dirimu sendiri" "tanyakanlah pada para perindu, apa mereka ingin selalu ber

satir lagi

kisah yang sama, berulang, berputar-putar. Tapi aku tak bisa kemana-mana, bumi telah menangkapku. Yang mereka lihat hanya kepalaku, tubuhku terbenam. terkadang ingin berdiri, menangkap satu persatu kunang-kunang yang berputar diatas kepala sedari tadi. Walau tersering ingin sempurna membenamkan diri, lalu melupakan semua ini pernah terjadi..

Satir...

satu titik jeda, aku mengambilnya sebagai tanda. orang-orang sedang riuh, mereka memekik pada sepi. apa yang kamu harapkan pada manusia yang menjadikan mimpinya sebagai alat menipu. mungkin ini kisah paling satir, kamu dipuncak langit padahal mukamu membenam bumi. Atau..kamu yang terlalu meninggikan khayalan, dugaan, perasaan? entahlah, aku hanya ingin sejenak berhenti sekarang, melupakan semua wajah, nama, kisah. lalu menarik kembali masa lalu saat semuanya tak sedekat itu; hanya ada aku dan hidupku. Bukan pertemuan dan tawa yang diwakili kata-kata, tapi sebenar-benar suara dan wajah yang terlihat nyata. kamu tak perlu memutarkan intonasi, telingamu mencernanya sendiri. Terpenting, kamu tak perlu lagi berpura-pura ditemani banyak pemuja padahal kenyataannya pemeluk sejatimu adalah sepi.......

Dunia yang terlupa

mulai nyalakan kembali di dunia yang terlupa cukup sudah bermimpi kini rasaku memutih langitku kan meninggi ini semua akan nyata mengharapkan hujan larutkan nyanyian malamku akankah ku rasa mampu ku tatap kembali dunia yang terbenam terbitku dari mimpi kini saksikan sayapku akan ku lindungi ini semua pasti nyata membasuhkan embun lepaskan nyanyian malamku dapatkah ku rasa @Ariel

Kota Mati

Warna seperti menghilang di kota ini hitam dan putih masa lalu , telah membisu Semua berakhir di sini   tempatku mulai bermimpi m asih menari di sini   langkahmu yang telah pergi Udara ini berubah di kota mati   seperti kisah masa lalu kini membisu Coba dengarku berbisik   suara yang telah mengering   hati ku mati di sini Terdiam dan tak mengerti   Semua berakhir di sini   tempatku mulai bermimpi   masih menari di sini   langkahmu yang telah pergi   masih bertahan sisa mimpi-mimpi ku di kota ini kini bertahan sisa mimpi-mimpi ku di kota ini Semua berkahir di sini t empatku mulai bermimpi h atiku mati di sini t erdiam dan tak mengerti..... @Ariel

Kisah itu sekarang

Ia yang tak lagi menjadi gemuruh apa kabar merah senjamu? apa kabar gemintang langitmu? maafkan aku, garis telah ditulis sekarang aku di tepi tebing dan kamu ditebing lainnya jurang yang memisahkan; bilakah kamu berani melompatinya? sesekali mengingat, namun hanya itu aku telah sempurna menanggalkan harapan bahkan untuk sekedar duduk-duduk ditepi tebing pun telah aku tinggalkan. Aku terlalu sibuk dengan taman. Masing-masing dari kita menahan sapa bahkan untuk saling melempar batu pun kita tak kuasa Aku menamainya kematian namun pada hal yang semestinya ditangiskan aku malah bersorak senang, melompat-lompat dengan mata terpejam dan senyum yang terangkai merayakan kematian, kepergian...

Inilah fajar dan sepi yang menjulang

Inilah fajar dan sepi yang menjulang langit-langit cahaya aku terjebak didalamnya ada anak tangga sebenarnya, dimana bila aku tak lelah mendakinya, aku bisa sampai dipuncaknya lalu berdiri memandangi apa yang orang-orang katakan tentang megah langit dan cahayanya yang melimpah ruah Tapi aku hanya duduk-duduk saja disini mendengarkan suara dibalik sepi yang menjulang kulihat cahaya dipuncak suar memang tapi aku enggan kesana; bosan dengan kejatuhan sementara aku diam saja disini duduk menanti para peruntuh sepi hingga akhirnya dapat kulihat megah langit, bukit cahaya, yanh semuanya menjelma; kamu...