Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2012

Cinta Yang Sejati..

     Ada cinta yang tidak bisa mati, cinta ini selaksa malam, selama hidup kita terus saja mengarunginya, menemuinya bahkan kadang merinduinya walau kita sudah ada di terik siang. Kita mungkin saja telah melupakan dinginnya, sepinya, gelapnya tapi kita selalu kembali ke sana, menemuinya lalu tenggelam dalam sepi dan gelapnya malam, begitu seterusnya, sampai berhenti nafas atau ingatanmu sudah tak lagi sempurna     Ada yang menyebutnya cinta sejati, cinta yang tak bisa mati. Cinta yang hadir dalam relung terdalam sanubari, sebagai hadiah, sebagai anugrah. Mungkin seperti cintanya Rasulullah pada khadijah.   Cinta yg ketika beliau ditanya untuk mencari pengganti setelah Khadijah ra meninggal beliau menjawab : “ siapakah yang bisa menggantikannya?” sebuah cinta yang teramat dalam yang terbangun dari cinta kasih tentang pengorbanan, perhatian, kepercayaan.     Beliau kemudian “terpaksa” menikahi wanita-wanita lain setelah memutuskan untuk sendiri karena merasa tidak ada yang sepada

Cinta Gila

    Sebagian orang menyebutnya cinta buta, cinta yang teramat sangat. Hingga melupakan segalanya. Ketidakmungkinan, ketabuan, segala yg buruk. Semuanya jadi tak nampak lagi, tak lagi berarti, buta, pada tahap berikutnya ia mungkin menjelma gila, cinta gila, segala apa yang ia pikirkan, ia harap pada rentang waktu yg dekat hanyalah satu ; orang yang ia cintai. Seperti orang yang menjambak-jambak rambutnya, kemudian berteriak lantang sembari wajah menegadah langit dan mata yg terpejam, menahan tangis.     Kebanyakan cinta seperti ini ada pada kisah2 cinta yang tak sampai, segalanya menjadi gelap kemudian, dunia seolah menghimpitnya, bahkan mencaci Tuhan mengapa ia benamkan cinta yang hanya pada dirinya, cinta tanpa penyatuan. Penuh tanya ia pada Tuhan tanpa ia memeriksa pandangan yang ia sembarang umbar, kagum yang ia pendam dalam-dalam, cinta yang ia sendiri semai dengan pendekatan2  bahkan diam2 ingin tahu apapun, segalapun apa yang  ia orang dicintainya kerjakan,rasakan,tulis,suka

Cinta yang salah ?

    Cinta itu akan menunjukanmu ke orang yang tepat, begitu kira2 pepatah yang sering kita dengar. namun kemudian sepertinya ada yang salah dalam kalimat itu, setidaknya bagi mereka yang merasakan pahitnya cinta. bisa itu cinta tak berbalas, sebelah tangan atau bahkan dikecewakan oleh cinta. pertanyaannya kemudian adalah apa yang salah? apa cintanya itu? atau kitanya yang salah dalam memaknai cinta?     Kita mungkin bisa berdalih bahwa kita tak bisa menyalahkan diri kita karena cinta itu datang begitu saja, tiba2, kita bahkan tak mampu mengendalikannya. ia tiba2 saja ada bak kuntum bunga yg bermekaran di musim semi, jika sudah kemudian apa yang salah?     Setidaknya ada beberapa penyebab mungkin, salah satunya adalah standar. kita telah menstandarkan sesuatu / seseorang sehingga cinta itu bisa hadir kapan saja, dimana saja dan ke banyak orang, berganti-ganti, berubah-rubah sesuai dengan standar yang telah kita terapkan itu. misal kita menstandarkan ( atau mengkriteriakan ) seseorang

Benih dari kata

    Pada dasar keumuman cinta itu adalah tatap pandang atau minimal wajah yang tergambar, terlihat. beberapa bahkan hanya dengan melihat gambar2 lantas memaklumatkan diri : aku menyukainya, aku mencintainya. Begitulah pemaklumatan fikir atas mata, ia mempercayainya bulat-bulat, bahkan berhasil merayu hati bahwa apa yg dilihatnya itu sangat menakjubkan, hingga hati pun "terpaksa" mengiyakan dengan berujar sama : " ya, sepertinya akupun mencintainya, menyukainya"     Di dunia ketika interaksi tak dibatasi ruang jarak dan waktu semakin terbukalah peluang menyuburkan benih2 cinta yg berawal dari tatapan gambar itu, pada gagasan yg dibaca, isi hati yg ditumpah atau bahkan interaksi2 yg mengundang tawa sejatinya bisa menumbuhkan itu semua : benih cinta, menjadi ranum kepermukaan, mewangi, membuat saat2 sebelum tidur diiring senyum setelah sebelumnya kembali berinteraksi konstan lewat baris2 kata, ajaibnya beberapa bahkan belum sempat beradu muka secara nyata.     maka t

Chapter 2 ( Teman-teman )

    Sejak kecil aku berteman dengan 3 orang, yaitu Ujang, Pian dan Ramdhan. ujang ini salah satu yg paling dekat karena rumahnya persis sebelahan, sementara pian dan ramdhan cukup jauh dan mereka ini juga dekatan rumahnya. kami berempat sering main bola bareng, kumpul bareng dan ngerjain pr bareng. diantara kami berempat pian adalah yg paling pintar juga lahir dari keluarga yg jauh lebih berada dari kami bertiga.     Di kelas 6, aku yg kembali menjadi hendra yg dulu yakni hendra yg pendiam dan ga mau bergaul berusaha membuka diri, ada kebosana sepertinya dari kami berempat untuk terus bareng2, selain itu pian sudah mulai mengikuti berbagai kursus2 untuk menghadapi ebtanas sementara ramdhan sudah mulai menyukai lawan jenis. tinggal aku dan ujang akhirnya, kami berdua sering jadi olokan teman2, beberapa malah sering mengasari kami. kapok dengan kejadian kelas 3 akhirnya aku lebih memilih diam saja di ledek dg berbagai macam ledekan, begitulah aku akhirnya lebih memilih untuk belajar di

Tiba-Tiba saja cinta

    Pada awalnya cinta seumpama debu, ia lahir memercik dari beberapa baris kata, atau wajah yg terlihat kecil, sebesar bulan yg dipandang dari bumi. tidak lebih. kemudian ia membukit bahkan menggunung, membuat cinta yang semula bernama kagum menjadi rindu untuk bertemu.     lalu tibalah masanya bersua wajah, tertumpah rindu. kemudian semakin menjadi rindumu atau buyar tak bersisa sedikitpun, seperti bukit yang hancur : tak sesuai apa yang terbayang. bersisa 2 sekarang, rindu yg semakin menggebu atau mencari baris2 kata baru, mengulang semua dari awal?     begitulah, itulah cinta2 semu. karena sejatinya dia akan datang ketika bahkan sebuah musim tak membentuk lengkung bulan, ia tiba2 saja hadir, bukan karena wajah atau baris kata, tiba2 saja engkau akan temukan ia bersemayam, bahkan sebelum engkau bertemu rupa.     betullah ada cinta yg ada karena telah terbiasa, namun cinta yang hadir karena tiba2 itu adalah luar biasa, seperti rintik hujan di kala terik, atau pelangi di waktu senj