Pada awalnya cinta seumpama debu, ia lahir memercik dari beberapa baris kata, atau wajah yg terlihat kecil, sebesar bulan yg dipandang dari bumi. tidak lebih. kemudian ia membukit bahkan menggunung, membuat cinta yang semula bernama kagum menjadi rindu untuk bertemu.
lalu tibalah masanya bersua wajah, tertumpah rindu. kemudian semakin menjadi rindumu atau buyar tak bersisa sedikitpun, seperti bukit yang hancur : tak sesuai apa yang terbayang. bersisa 2 sekarang, rindu yg semakin menggebu atau mencari baris2 kata baru, mengulang semua dari awal?
begitulah, itulah cinta2 semu. karena sejatinya dia akan datang ketika bahkan sebuah musim tak membentuk lengkung bulan, ia tiba2 saja hadir, bukan karena wajah atau baris kata, tiba2 saja engkau akan temukan ia bersemayam, bahkan sebelum engkau bertemu rupa.
betullah ada cinta yg ada karena telah terbiasa, namun cinta yang hadir karena tiba2 itu adalah luar biasa, seperti rintik hujan di kala terik, atau pelangi di waktu senja, engkau akan menyukainya, engkau akan mencintainya..tiba2.
lalu tibalah masanya bersua wajah, tertumpah rindu. kemudian semakin menjadi rindumu atau buyar tak bersisa sedikitpun, seperti bukit yang hancur : tak sesuai apa yang terbayang. bersisa 2 sekarang, rindu yg semakin menggebu atau mencari baris2 kata baru, mengulang semua dari awal?
begitulah, itulah cinta2 semu. karena sejatinya dia akan datang ketika bahkan sebuah musim tak membentuk lengkung bulan, ia tiba2 saja hadir, bukan karena wajah atau baris kata, tiba2 saja engkau akan temukan ia bersemayam, bahkan sebelum engkau bertemu rupa.
betullah ada cinta yg ada karena telah terbiasa, namun cinta yang hadir karena tiba2 itu adalah luar biasa, seperti rintik hujan di kala terik, atau pelangi di waktu senja, engkau akan menyukainya, engkau akan mencintainya..tiba2.
Komentar
Posting Komentar