Cinta itu akan menunjukanmu ke orang yang tepat, begitu kira2 pepatah yang sering kita dengar. namun kemudian sepertinya ada yang salah dalam kalimat itu, setidaknya bagi mereka yang merasakan pahitnya cinta. bisa itu cinta tak berbalas, sebelah tangan atau bahkan dikecewakan oleh cinta. pertanyaannya kemudian adalah apa yang salah? apa cintanya itu? atau kitanya yang salah dalam memaknai cinta?
Kita mungkin bisa berdalih bahwa kita tak bisa menyalahkan diri kita karena cinta itu datang begitu saja, tiba2, kita bahkan tak mampu mengendalikannya. ia tiba2 saja ada bak kuntum bunga yg bermekaran di musim semi, jika sudah kemudian apa yang salah?
Setidaknya ada beberapa penyebab mungkin, salah satunya adalah standar. kita telah menstandarkan sesuatu / seseorang sehingga cinta itu bisa hadir kapan saja, dimana saja dan ke banyak orang, berganti-ganti, berubah-rubah sesuai dengan standar yang telah kita terapkan itu. misal kita menstandarkan ( atau mengkriteriakan ) seseorang yang akan kita cintai itu seseorang yang cantik, maka setiap kita melihat seseorang yang cantik dan rupawan ( apalagi jika kemudian dekat, sering bertemu muka ) kita akan mudah jatuh cinta. standarnya dipersempit lagi jadi plus berjilbab atau shaleh/lah maka setiap kita bertemu orang yg cantik, berjilbab plus sholeh/hah kita pun akan mudah jatuh cinta, persempit lagi dengan yang ingin kita cintai itu tarbiyah, baik, perhatian, atau apapun sekehendak kita maka tentu setiap kita menemukan orang seperti itu kita akan mudah menaruh hati, jatuh cinta.
Kita mungkin bisa berdalih bahwa kita tak bisa menyalahkan diri kita karena cinta itu datang begitu saja, tiba2, kita bahkan tak mampu mengendalikannya. ia tiba2 saja ada bak kuntum bunga yg bermekaran di musim semi, jika sudah kemudian apa yang salah?
Setidaknya ada beberapa penyebab mungkin, salah satunya adalah standar. kita telah menstandarkan sesuatu / seseorang sehingga cinta itu bisa hadir kapan saja, dimana saja dan ke banyak orang, berganti-ganti, berubah-rubah sesuai dengan standar yang telah kita terapkan itu. misal kita menstandarkan ( atau mengkriteriakan ) seseorang yang akan kita cintai itu seseorang yang cantik, maka setiap kita melihat seseorang yang cantik dan rupawan ( apalagi jika kemudian dekat, sering bertemu muka ) kita akan mudah jatuh cinta. standarnya dipersempit lagi jadi plus berjilbab atau shaleh/lah maka setiap kita bertemu orang yg cantik, berjilbab plus sholeh/hah kita pun akan mudah jatuh cinta, persempit lagi dengan yang ingin kita cintai itu tarbiyah, baik, perhatian, atau apapun sekehendak kita maka tentu setiap kita menemukan orang seperti itu kita akan mudah menaruh hati, jatuh cinta.
jadi "area pencarian" itu bisa diperluas atau
dipersempit sesuai sekehendak kita. Beberapa bahkan hanya mengkriteriakan Baik
saja dalam standarnya, jadi setiap ia menemukan orang yg baik ( padanya )
perhatian dsb peluang ia untuk jatuh cinta jauh lebih besar daripada orang yang
mengkriteriakan dengan banyak syarat, area pencariannya jadi lebih menyempit,
bahkan sulit. mereka inilah yg kemudian banyak memintakan pasangan dalam setiap
doa di kala sujud, di hening malam lebih2 lagi. setidaknya mereka jauh lebih
baik dibanding seseorang yang mensyaratkan rupawan dan kekeayaan jadi syarat
utamanya, kecil kemungkinan mereka duduk di hening malam, berdo'a, meminta.
Lalu apa yang terjadi pada orang2 yang mempunyai pasangan yang jahat,yang suka melakukan kekerasan atau hal2 buruk lainnya? apakah cinta telah menunjukan pada orang yang salah? menjerumuskan? ada hal yang cukup mengherankan bagi sebagian orang ketika ditanyakan mengapa mereka tetap mencintai orang yang suka memukul mereka, jahat pada mereka, sering menyakiti mereka, jawaban mereka adalah " karena aku mencintainya" . kemudian cinta lah yang kemudian disalahkan. Cinta itu sebenarnya hanyalah sebagai tool, alat yang bisa disetting atau digunakan sesuai kehendak, salah satunya dalam hal standar atau kriteria tadi,pada jiwa2 yang peka ia sangat mudah luruh pada orang2 yang "baik". jadi biasanya terabai berbagai sifat buruk yang menyertainya karenasebelumnya jiwa itu telah disentuh dengan "baik" dan "perhatian" atau sesuai standar. Pada beberapa kasus lebih menyedihkan lagi, ia mencintai seseorang karena hanya merasa "kalau bukan dia, siapakah lagi yang sudi mencintaiku? "miris.
Komentar
Posting Komentar