Langsung ke konten utama

Cinta yang salah ?

    Cinta itu akan menunjukanmu ke orang yang tepat, begitu kira2 pepatah yang sering kita dengar. namun kemudian sepertinya ada yang salah dalam kalimat itu, setidaknya bagi mereka yang merasakan pahitnya cinta. bisa itu cinta tak berbalas, sebelah tangan atau bahkan dikecewakan oleh cinta. pertanyaannya kemudian adalah apa yang salah? apa cintanya itu? atau kitanya yang salah dalam memaknai cinta?
    Kita mungkin bisa berdalih bahwa kita tak bisa menyalahkan diri kita karena cinta itu datang begitu saja, tiba2, kita bahkan tak mampu mengendalikannya. ia tiba2 saja ada bak kuntum bunga yg bermekaran di musim semi, jika sudah kemudian apa yang salah?
    Setidaknya ada beberapa penyebab mungkin, salah satunya adalah standar. kita telah menstandarkan sesuatu / seseorang sehingga cinta itu bisa hadir kapan saja, dimana saja dan ke banyak orang, berganti-ganti, berubah-rubah sesuai dengan standar yang telah kita terapkan itu. misal kita menstandarkan ( atau mengkriteriakan ) seseorang yang akan kita cintai itu seseorang yang cantik, maka setiap kita melihat seseorang yang cantik dan rupawan ( apalagi jika kemudian dekat, sering bertemu muka ) kita akan mudah jatuh cinta. standarnya dipersempit lagi jadi plus berjilbab atau shaleh/lah maka setiap kita bertemu orang yg cantik, berjilbab plus sholeh/hah kita pun akan mudah jatuh cinta, persempit lagi dengan yang ingin kita cintai itu tarbiyah, baik, perhatian, atau apapun sekehendak kita maka tentu setiap kita menemukan orang seperti itu kita akan mudah menaruh hati, jatuh cinta.
    jadi "area pencarian" itu bisa diperluas atau dipersempit sesuai sekehendak kita. Beberapa bahkan hanya mengkriteriakan Baik saja dalam standarnya, jadi setiap ia menemukan orang yg baik ( padanya ) perhatian dsb peluang ia untuk jatuh cinta jauh lebih besar daripada orang yang mengkriteriakan dengan banyak syarat, area pencariannya jadi lebih menyempit, bahkan sulit. mereka inilah yg kemudian banyak memintakan pasangan dalam setiap doa di kala sujud, di hening malam lebih2 lagi. setidaknya mereka jauh lebih baik dibanding seseorang yang mensyaratkan rupawan dan kekeayaan jadi syarat utamanya, kecil kemungkinan mereka duduk di hening malam, berdo'a, meminta.
    Lalu apa yang terjadi pada orang2 yang mempunyai pasangan yang jahat,yang suka melakukan kekerasan atau hal2 buruk lainnya? apakah cinta telah menunjukan pada orang yang salah? menjerumuskan? ada hal yang cukup mengherankan bagi sebagian orang ketika ditanyakan mengapa mereka tetap mencintai orang yang suka memukul mereka, jahat pada mereka, sering menyakiti mereka, jawaban mereka adalah " karena aku mencintainya" . kemudian cinta lah yang kemudian disalahkan. Cinta itu sebenarnya hanyalah sebagai tool, alat yang bisa disetting atau digunakan sesuai kehendak, salah satunya dalam hal standar atau kriteria tadi,pada jiwa2 yang peka ia sangat mudah luruh pada orang2 yang "baik". jadi biasanya terabai berbagai sifat buruk yang menyertainya karenasebelumnya jiwa itu telah disentuh dengan "baik" dan "perhatian" atau sesuai standar. Pada beberapa kasus lebih menyedihkan lagi, ia mencintai seseorang karena hanya merasa "kalau bukan dia, siapakah lagi yang sudi mencintaiku? "miris.
  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senja di Palestina..

Senja di palestina, bidadari berbaris rapi menyambut para syuhada, sebagian berebut ruh mereka di tanah-tanah ajaib; Gaza.. Senja di Palestina.. raungan cekaman silih berganti rasa: syahid yang dimimpikan, syurga yang dijanjikan.. Senja di Palestina.. jutaan do'a bersayap cahaya menembus langit, beberapa mengiringinya dengan air mata, juga sesak; hanya itu yg dia bisa Senja di Palestina.. sesaat lagi fajar kemenangan akan tiba, menerbitkan cahaya di timur yang mengangkasa, dari Gaza.. 

Perempuan di balik senja

 Seorang perempuan memandang cermin, lusuh, ia sudah tak mengingat kapan terakhir ia membasuhnya dengan lap basah. Debu-debu dipermukaannya, menampakan wajahnya yang juga lusuh ditelan senja. Dalam cermin itu ia melihat bayangan almanak, tepat dipinggir jendela yang memerah karena pantulan matahari senja. Perempuan beranjak, mendekati almanak “sudah tanggal muda, aku lupa membaliknya” ia bergumam, lalu membalikan lembaran kalender yang telah lima bulan terpampang didinding kamarnya. “ah..minggu depan ternyata tanggal lahirku, bertambah lagi umurku” ia mengusap pipinya; kasar. Ia lalu berjalan, mendekati jendela. Sudah senja, langit memerah megah. Sebentar lagi gelap sempurna menggulung terang. Ia masih disana, kembali jatuh kagum pada senja, tempat semua heningnya berhimpun. Ia tersenyum; satir.. “sudah lagi senja, padahal baru saja kulihat arak awan fajar. Satu persatu warna tersibak, cahaya memancar dari timur, menebar warna, semua yang dilaluinya menjadi i

Tentang debar, deras kata dan hening hujan..

Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega