Langsung ke konten utama

Percakapan disebuah senja..


Apa yang lebih menyedihkan dari cinta yang tak terlabuh? cinta yang tak bisa memiliki?
seseorang bertanya padaku di senja itu
seperti senja? aku balik bertanya
apa maksudmu? tanyanya
kamu mencintainya, namun kamu tak bisa memilikinya. Ia bahkan hanya sebentar dapat engkau pandang. Jangankan tanganmu memeluknya, matamu saja sudah kepayahan menangkapnya.
mungkin benar, katanya. Tapi apa yang bisa disalahkan pada perasaan?
tak ada sama sekali, jawabku. salahnya adalah mungkin kita terlalu membesarkannya
kamu menyiksa dirimu sendiri sejatinya, mencintai namun harus memiliki. Apa kuasamu atas itu semua? pun pada waktu yang lambat laun akan memisahkanmu. sesingkat senja, sadarkah?
cinta sejati katamu, adalah ketika mata saling beradu pandang, tangan saling mendekap mesra, hati selalu terpaut rasa, begitukah? alangkah naifnya. Bilakah perpisahan yang lambat laun kan memisahkanmu, pudarkah semua itu?
Tentu tidak, jawabmu, aku ingin melabuhkannya saat ini saja
anggap saja begitu, cinta telah terlabuh, lalu engkau terpisahkan waktu, selesai..
kamu tak pernah mengerti, katanya
jangan egois, kataku, ketika cintamu harus terbalas sesungguhnya itu bukan sebenar cinta
memberilah tanpa mengharap balas, mencintailah tanpa harus ia pun mencintaimu.
lantas apa yang harus aku lakukan atas rindu yang menghujam-hujam ini? tanyamu
seperti menatap senja, sebelum berlalu rubahlah rasa menjadi kata
semoga sebelum sempurna malam, ia mendengar segala debar rindu
lalu berbaliklah, kembalilah pulang
mungkin ia akan mengabaimu
atau mungkin ia akan memanggilmu untuk kembali memandang
lalu mengarungi malam bersama rasi bintang dan rembulan
baiklah, katamu..
aku mencintaimu..

tiba-tiba hening, tiba-tiba debar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senja di Palestina..

Senja di palestina, bidadari berbaris rapi menyambut para syuhada, sebagian berebut ruh mereka di tanah-tanah ajaib; Gaza.. Senja di Palestina.. raungan cekaman silih berganti rasa: syahid yang dimimpikan, syurga yang dijanjikan.. Senja di Palestina.. jutaan do'a bersayap cahaya menembus langit, beberapa mengiringinya dengan air mata, juga sesak; hanya itu yg dia bisa Senja di Palestina.. sesaat lagi fajar kemenangan akan tiba, menerbitkan cahaya di timur yang mengangkasa, dari Gaza.. 

Perempuan di balik senja

 Seorang perempuan memandang cermin, lusuh, ia sudah tak mengingat kapan terakhir ia membasuhnya dengan lap basah. Debu-debu dipermukaannya, menampakan wajahnya yang juga lusuh ditelan senja. Dalam cermin itu ia melihat bayangan almanak, tepat dipinggir jendela yang memerah karena pantulan matahari senja. Perempuan beranjak, mendekati almanak “sudah tanggal muda, aku lupa membaliknya” ia bergumam, lalu membalikan lembaran kalender yang telah lima bulan terpampang didinding kamarnya. “ah..minggu depan ternyata tanggal lahirku, bertambah lagi umurku” ia mengusap pipinya; kasar. Ia lalu berjalan, mendekati jendela. Sudah senja, langit memerah megah. Sebentar lagi gelap sempurna menggulung terang. Ia masih disana, kembali jatuh kagum pada senja, tempat semua heningnya berhimpun. Ia tersenyum; satir.. “sudah lagi senja, padahal baru saja kulihat arak awan fajar. Satu persatu warna tersibak, cahaya memancar dari timur, menebar warna, semua yang dilaluinya menjadi i

Tentang debar, deras kata dan hening hujan..

Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega