Langsung ke konten utama

Palsu

Adakah yang mereka tak tahu?
jika mereka melihat biru langit atau gemerlap bintang
sesungguhnya itu adalah kabut dan gulungan gelap
hitam, menakutkan
Jika mereka lihat sepi, sunyi yang disenandungkan
sesungguhnya itu adalah suara yang bertalu-talu, memecah kaca
memekakkan telinga, ia menghancurkan hati-hati yang tertipu diamnya
mereka hidup di ruang hampa udara dan telinga yang disumbat kanan kirinya
salah siapa?
aku berlari, jauh ke lampau dimana semuanya berawal
kutemukan wajah seringai srigala, khianat, kepalsuan.
dari sanalah, hingga akhirnya sebuah kubah raksasa dibangun
dikurung mereka dalam dunia yang palsu, dunia yang tak nyata
bahkan tak pernah benar-benar ada.
ada yang jatuh dalam harap, ada juga yang menyematkan iba
padahal tak lah diperlukan itu semua
apalah gunanya bagi topeng yang dipakai kesana kemari
selain (nanti) sakit, kecewa yang menggejala, mewabah luas; menghitamkan semesta
Lalu aku menerka langkah, hendak apa, hendak kemana?
menghilang lalu hadir dalam bentuk yang berbeda?
atau tetap menjalani peran seperti apa adanya? sembari sesekali mencari celah untuk melarikan diri
dari kubah bernama kepalsuan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senja di Palestina..

Senja di palestina, bidadari berbaris rapi menyambut para syuhada, sebagian berebut ruh mereka di tanah-tanah ajaib; Gaza.. Senja di Palestina.. raungan cekaman silih berganti rasa: syahid yang dimimpikan, syurga yang dijanjikan.. Senja di Palestina.. jutaan do'a bersayap cahaya menembus langit, beberapa mengiringinya dengan air mata, juga sesak; hanya itu yg dia bisa Senja di Palestina.. sesaat lagi fajar kemenangan akan tiba, menerbitkan cahaya di timur yang mengangkasa, dari Gaza.. 

Perempuan di balik senja

 Seorang perempuan memandang cermin, lusuh, ia sudah tak mengingat kapan terakhir ia membasuhnya dengan lap basah. Debu-debu dipermukaannya, menampakan wajahnya yang juga lusuh ditelan senja. Dalam cermin itu ia melihat bayangan almanak, tepat dipinggir jendela yang memerah karena pantulan matahari senja. Perempuan beranjak, mendekati almanak “sudah tanggal muda, aku lupa membaliknya” ia bergumam, lalu membalikan lembaran kalender yang telah lima bulan terpampang didinding kamarnya. “ah..minggu depan ternyata tanggal lahirku, bertambah lagi umurku” ia mengusap pipinya; kasar. Ia lalu berjalan, mendekati jendela. Sudah senja, langit memerah megah. Sebentar lagi gelap sempurna menggulung terang. Ia masih disana, kembali jatuh kagum pada senja, tempat semua heningnya berhimpun. Ia tersenyum; satir.. “sudah lagi senja, padahal baru saja kulihat arak awan fajar. Satu persatu warna tersibak, cahaya memancar dari timur, menebar warna, semua yang dilaluinya menjadi i

Tentang debar, deras kata dan hening hujan..

Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega