Aku masih mengingat jelas, pada suatu pernama dimana kita berjalan bersama, searah, menembus malam. kota saat itu tidaklah terlalu ramai, bahkan tanpa hujan, cerah secerah-cerahnya. mungkin karena bulan, mungkin karena bintang, mungkin karena kamu..
Semuanya begitu cepat, tak pernah aku menyangkanya, membersamaimu melewati perjalanan jauh ditemani lampu-lampu kota yang benderang. aku masih mengingat bagaimana kukatakan purnama yang kulihat di timur langit itu telah berpindah pandang ke langit barat, lalu engkau tersenyum, sebinar yang sedang kubicarakan; purnama bulan.
Lalu kita bercerita, tentang banyak hal, yang sesekali kita iringi dengan tawa riang, sesekali juga mendegupkan jantung, tak henti-hentinya bertanya: benarkah ini? Mungkin biasa bagimu, bagi mereka, tapi tidak untukku. Saat itu aku telah langsung mengukirnya di langit kenang, agar kelak bisa kulihat saat merindukanmu.
Namun berlalulah..perjalanan jauh yang sama sekali tak pernah aku rasakan riuh, lelah, jenuh. aku bahkan mengutuk roda-roda yang berlari terlalu kencang. atau mengutuk orang-orang yang pada malam itu menghilang entah kemana, hingga jalan-jalan menjadi kosong, menjadikan perjalanan begitu cepatnya tertempuh.
Aku menyebutnya kisah, menyimpannya di barisan episode berjudul kenangan. kelak, ketika akau menyusuri lorong-lorong lampau, akan mudah kutemukan kisah ini, lalu aku memutarnya, menghadirkan kembali lengan kota, purnama bulan dan..kamu
di sebuah kota, room 364
Komentar
Posting Komentar