merasai kesendirian, ia mencekik, mencekat, menancapkan potongan kayu pinus pada panangkap cahaya agar tetap terjaga, menyedikiti rebah untuk memeluki malam.
apa guna katanya, pada pejam atau terjaga kita masih tetap dalam sunyi, juga suara-suara yang berngiang di sekitar. ia bersuara dalam parau dan dalam, hanya kita saja yang dapat mendengarnya.
ada apa gerangan pada dunia yang sebenarnya ramai? pada kata yang berubah suara, saling bertimpal bercerita, bertanya, menjawab. dan kita masih saja sibuk dengan suara-suara di dalam kepala.
seharusnya kita dapat menangkap tipuannya, pada malam yang seharusnya diisi rebah sampai fajar memeluk, sampai hangat matahari di timur langit menghela butir-butir embun pada wajah. disanalah sebenarnya kita harus melukis hidup.
Selamat malam...
Komentar
Posting Komentar