Langsung ke konten utama

Pilihan dan mata yang terpejam

 
     Ada yang ajaib dari sebuah pilihan, tetiba saja ia bisa hadir tepat di ujung segala risau. padahal saat itu kita ibarat berada di tepi jalan bercabang yang dikerubungi badai pasir, bahkan untuk membuka mata saja kita tak sanggup, perih, memerah mata.
    Maka beberapa bijak menyebutnya mata hati, ia bermata dalam metaforsa yang sempurna, mampu melihat sesuatu yang mata tak mampu menjangkaunya. hingga kita dapat berjalan bahkan dengan mata terpejam. Kita memejam dalam arti yang sebenar. diam sejenak, mengosongkan pikiran lalu memejam mata, seketika gerak hati, pikiran akan memutar, menampilkan gambar wajah-wajah yang berulang, kita merasakannya, degup hati kita mensinyalkannya dan samar kita dengar suara : "Bismillah, dia..!!"
    Lalu perlahan terbuka mata, beberapa dari kita kemudian mengiringinya dengan senyum, walau tak sedikit pula yang kemudian jatuh dalam tanya dan murung : "kenapa harus dia?" atau "apa mungkin bisa ke dia?" jika beberapa tinggal membuka pintu atau melompati pagar, maka mereka ini yang kemudian harus berjalan memutar sembari mencari-cari kesempatan dan berharap semoga sinyal hatinya benar.
    sayangnya memang ada beberapa yang memaksakan kata hatinya, ia tidak jujur kemudian. saat mata terpejam ia menghapus satu atau dua gambar yang menurutnya tak mungkin terpilihkan, padahal hatinya sendiri yang memilihkan, ia jadi apatis terhadap dirinya sendiri kemudian memaksakan hati memilihkan yang lain selain yang ia hapus, jikalau demikian apalah gunanya memejam mata?
tapi bagaimanapun pilihan2 yg dijatuhkan hati itu memang tergantung dari bagaimana suasana hati itu sendiri, kadang ia bisa jujur sejujur-jujurnya, bisa juga penuh rekayasa yg menipu dan sayangnya kita memang sulit membedakan dua hal itu, karena disana ada penunggang lain yang tak kalah besar ambisinya : hawa nafsu.
    Maka meminta dipilihkan adalah jalan yang paling baik dari sekedar memejam mata. lebih tersamar memang, tapi bila sudah jalannya, sudah waktunya ia akan sebenderang langit pagi, sejuk, tentram, tenang, menyenangkan.
dan kita harusnya disana, jika tahu hati kita tak mumpuni untuk sebuah pilihan, maka mintalah dipilihkan :

Tuhanku berikanku cinta yang Kau titipkan
bukan cinta yang pernah ku tanam.. 
( maidany )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senja di Palestina..

Senja di palestina, bidadari berbaris rapi menyambut para syuhada, sebagian berebut ruh mereka di tanah-tanah ajaib; Gaza.. Senja di Palestina.. raungan cekaman silih berganti rasa: syahid yang dimimpikan, syurga yang dijanjikan.. Senja di Palestina.. jutaan do'a bersayap cahaya menembus langit, beberapa mengiringinya dengan air mata, juga sesak; hanya itu yg dia bisa Senja di Palestina.. sesaat lagi fajar kemenangan akan tiba, menerbitkan cahaya di timur yang mengangkasa, dari Gaza.. 

Perempuan di balik senja

 Seorang perempuan memandang cermin, lusuh, ia sudah tak mengingat kapan terakhir ia membasuhnya dengan lap basah. Debu-debu dipermukaannya, menampakan wajahnya yang juga lusuh ditelan senja. Dalam cermin itu ia melihat bayangan almanak, tepat dipinggir jendela yang memerah karena pantulan matahari senja. Perempuan beranjak, mendekati almanak “sudah tanggal muda, aku lupa membaliknya” ia bergumam, lalu membalikan lembaran kalender yang telah lima bulan terpampang didinding kamarnya. “ah..minggu depan ternyata tanggal lahirku, bertambah lagi umurku” ia mengusap pipinya; kasar. Ia lalu berjalan, mendekati jendela. Sudah senja, langit memerah megah. Sebentar lagi gelap sempurna menggulung terang. Ia masih disana, kembali jatuh kagum pada senja, tempat semua heningnya berhimpun. Ia tersenyum; satir.. “sudah lagi senja, padahal baru saja kulihat arak awan fajar. Satu persatu warna tersibak, cahaya memancar dari timur, menebar warna, semua yang dilaluinya menjadi i

Tentang debar, deras kata dan hening hujan..

Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega