Langsung ke konten utama

Si Murung

    layar terkembang : Katakanlah kita disana, melihat seseorang duduk di bawah rindang pohon, pada hari yang langitnya membiru cerah.pada bangku kayu yang bau vernish nya masih kuat. dihadapannya tampak bunga yang bermekaran, indah, hijau rumput diiringi beberapa ricau anak burung menyempurkan pandang. pada orang2 yg sedang jatuh cinta, tiada yang ia pandang kecuali keindahan.
    pada orang2 demikian hendaklah kita membagi senyum, karena ia pun menyalakan harinya nya dg senyum. mereka kemudian menjadi orang yang berbeda dari biasanya. pun pada orang2 yang sedang diliput mesranya cinta, outputnya selalu sama : cerah, ceria, bergembira. karena demikian dapatlah kita kemudian menyebut cinta sebagai pembawa tenang, damai,tentram.
    lalu kita menutup layar, menggantikannya dengan kain yg lebih hitam, lebih suram, yang kita lihat sekarang adalah seseorang yang sedang duduk termenung di sebuah senja yg gelap, yg sungainya menghitam, dihadapannya rumput2 yg mengering dan bunga2 yang mati. kita kemudian bertanya ada apa gerangan, sebagian kita mungkin terhenyak ketika dia menjawab "cinta ".
    bagaimana tidak, di layar satu dengan cinta yang sama langit begitu cerah, pemandangannya serba indah, sementara di cinta yang ini sungguh mengerikan, semuanya serba gelap. ada apa gerangan? apa cinta mempunyai 2 sisi yang berbeda? lalu apa cinta hendak menipu kita dengan wajah yang awalnya begitu cerah, begitu indah namun pada kelanjutannya justru menjadi buram, menjadi hitam?
    lalu kita bertanya pada si murung, dalam isak yang tertahan ia berkata ; sungguh cinta ini telah merenggut segalanya dariku, hariku yang cerah, hatiku yang senantiasa ceria, malam ku yang hidup dg sujud2 panjang, semuanya lenyap kini. cintaku bertepuk sebelah tangan ternyata, harapanku kandas untuk melabuhkan cinta ke peraduan, impianku sirna untuk menyempurnakan setengah agama, dia tidak mencintaiku !.Hariku kini diliput sedih, hariku kini dinaungi muram, aku terluka, aku kecewa, mengapa jua aku harus mencinta jika kandas dan lahir semua lara? lalu kemana untai do'a yang kuterbangkan ke langit? lenyapkah ia disambar petir? atau Ia tdk mendengar segala jerit pintaku?
    kita lalu duduk di sampingnya, sama2 memandangi air sungai yang menjadi hitam karena malam. aku berkata : mengapa engkau menyesal telah mencintai? mencintai itu tanpa pamrih kawan, jangan selalu kau harap dicintai jika engkau mencintai. cinta dg pamrih itu bukan sebenarnya cinta, bukan cinta yang tulus, bukan cinta yang nyata. mencintalah dengan tulus, tanpa pamrih, tanpa berbagai harap yang memenuhi rongga kepalamu. Cinta tak harus selalu penyatuan, raga yang sama-sama memandang awan dan rintik hujan. cinta adalah bagaimana caramu memberi tanpa berharap berbalas cinta jua.
    Kadang2 engkau harus belajar dari sekitarmu kawan, lihatlah matahari, ia berjarak jauh dari bumi karena ia tahu jika mendekat bumi yg dicintainya akan hancur berkeping, terkadang juga ia pergi meninggalkan belahan bumi karena ia tahu jika ia tetap bersinar disana bumi akan gersang terbakar kemudian takkan kita temukan kehidupan. atau kepada daun yang gugur, es yang membeku, juga kilat yang menyambar, engkau akan belajar dari mereka bagaimana jujur tulusnya mencintai. Tak usahlah engkau lukis semua kelam ini, bukankah Dia Maha Indah? bangunlah, enyahkan semua kelam ini, mari menuju pagi dengan tetes embun, riang burung dan hangat mentari. Di hari yg cerah pasti kau kan temukan cinta yang lain, segera..
    Ia bertanya " lalu siapakah yang harus kucintai sepenuh hati, seluas langit yang mana ia pun mencintaiku dg cinta yang tulus?" "Allah" jawabku. ia menunduk,  Lalu kita sama2 bangkit dari duduk, berjalan ke arah timur,
     layar ditutup, mentari terbit dari timur diselingi ramai kicau burung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senja di Palestina..

Senja di palestina, bidadari berbaris rapi menyambut para syuhada, sebagian berebut ruh mereka di tanah-tanah ajaib; Gaza.. Senja di Palestina.. raungan cekaman silih berganti rasa: syahid yang dimimpikan, syurga yang dijanjikan.. Senja di Palestina.. jutaan do'a bersayap cahaya menembus langit, beberapa mengiringinya dengan air mata, juga sesak; hanya itu yg dia bisa Senja di Palestina.. sesaat lagi fajar kemenangan akan tiba, menerbitkan cahaya di timur yang mengangkasa, dari Gaza.. 

Perempuan di balik senja

 Seorang perempuan memandang cermin, lusuh, ia sudah tak mengingat kapan terakhir ia membasuhnya dengan lap basah. Debu-debu dipermukaannya, menampakan wajahnya yang juga lusuh ditelan senja. Dalam cermin itu ia melihat bayangan almanak, tepat dipinggir jendela yang memerah karena pantulan matahari senja. Perempuan beranjak, mendekati almanak “sudah tanggal muda, aku lupa membaliknya” ia bergumam, lalu membalikan lembaran kalender yang telah lima bulan terpampang didinding kamarnya. “ah..minggu depan ternyata tanggal lahirku, bertambah lagi umurku” ia mengusap pipinya; kasar. Ia lalu berjalan, mendekati jendela. Sudah senja, langit memerah megah. Sebentar lagi gelap sempurna menggulung terang. Ia masih disana, kembali jatuh kagum pada senja, tempat semua heningnya berhimpun. Ia tersenyum; satir.. “sudah lagi senja, padahal baru saja kulihat arak awan fajar. Satu persatu warna tersibak, cahaya memancar dari timur, menebar warna, semua yang dilaluinya menjadi i

Tentang debar, deras kata dan hening hujan..

Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega