Langsung ke konten utama

Peran Mencintai

    suatu saat mungkin kita ada disana, berperan disana, memainkan salah satu peran yang mungkin bisa membuat kita tersenyum bahagia atau menahan sesak dada ; mencintai. peran mencintai ini mungkin salah satu peran yang agung, peran yang tidak semua orang bisa menjalaninya dengan tulus, dengan ikhlas, dengan baik. Peran ini membutuhkan suatu pengorbanan yang demikian tinggi, disana kita mengesampingkan semua hal yang bisa diterima dan dirasakan orang2 yang mencintai : dicintai balik, diperhatikan, diberi banyak waktu, dan lainnya.
    Kita memerankan sebagai orang yang mencintai, disini kita tidak bisa meminta dicintai balik, cukup sebagai orang yang tinggal disatu sisi. Atau mungkin kita juga dicintai tapi tidak "sepenuh hati". mungkin terbagi, mungkin tersebar rata, pada kasus ini kita melihat contoh istri2 Rasulullah, mereka tentunya sadar rasulullah memilih mereka bukan hanya karena cinta, tapi risalah dakwah juga kemanusiaan, maka dari itu mereka tidak mengeluh untuk mendapati Rasulullah ada di samping mereka di tiap malam, menemani, bercanda, sepanjang hari. Rasulullah tidak selalu disana.
     Merekalah contoh dari manusia2 yang memerankan peran mencintai dengan sangat baik, dengan sangat agung. Mencintai ( pernikahan ) tidak selalu wajah yang saling bertatap muka, tangan yang saling menggenggam erat, hati yang selalu merindu. Maka di peran ini kita tidak banyak menuntut, tidak banyak meminta haknya tertunaikan, kita hanya memainkan satu peran : mencintai. itu saja, tidak lebih.
    Peran ini sebenarnya bisa dimainkan dengan baik oleh semua orang, terutama bagi mereka yg merasa cintanya akan bertepuk sebelah tangan atau menyadari bahwa cinta tak akan terbalas. mainkan saja peran itu dengan baik, peran mencintai. tanpa perlu mengharap balasan berlebih, berbalas cinta. Bukankah hidup ini adalah sebuah peran juga? Apa jika telah terbalas cinta kita merasa telah ada di akhir yang bahagia? berkekalan?
    Maka perankanlah peran mencintai itu dengan baik, sembari tentu saja boleh berharap mendapatkan peran yang lain juga : sama-sama dicintai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senja di Palestina..

Senja di palestina, bidadari berbaris rapi menyambut para syuhada, sebagian berebut ruh mereka di tanah-tanah ajaib; Gaza.. Senja di Palestina.. raungan cekaman silih berganti rasa: syahid yang dimimpikan, syurga yang dijanjikan.. Senja di Palestina.. jutaan do'a bersayap cahaya menembus langit, beberapa mengiringinya dengan air mata, juga sesak; hanya itu yg dia bisa Senja di Palestina.. sesaat lagi fajar kemenangan akan tiba, menerbitkan cahaya di timur yang mengangkasa, dari Gaza.. 

Perempuan di balik senja

 Seorang perempuan memandang cermin, lusuh, ia sudah tak mengingat kapan terakhir ia membasuhnya dengan lap basah. Debu-debu dipermukaannya, menampakan wajahnya yang juga lusuh ditelan senja. Dalam cermin itu ia melihat bayangan almanak, tepat dipinggir jendela yang memerah karena pantulan matahari senja. Perempuan beranjak, mendekati almanak “sudah tanggal muda, aku lupa membaliknya” ia bergumam, lalu membalikan lembaran kalender yang telah lima bulan terpampang didinding kamarnya. “ah..minggu depan ternyata tanggal lahirku, bertambah lagi umurku” ia mengusap pipinya; kasar. Ia lalu berjalan, mendekati jendela. Sudah senja, langit memerah megah. Sebentar lagi gelap sempurna menggulung terang. Ia masih disana, kembali jatuh kagum pada senja, tempat semua heningnya berhimpun. Ia tersenyum; satir.. “sudah lagi senja, padahal baru saja kulihat arak awan fajar. Satu persatu warna tersibak, cahaya memancar dari timur, menebar warna, semua yang dilaluinya menjadi i

Tentang debar, deras kata dan hening hujan..

Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega