suatu saat mungkin kita ada disana, berperan disana, memainkan salah satu peran yang mungkin bisa membuat kita tersenyum bahagia atau menahan sesak dada ; mencintai. peran mencintai ini mungkin salah satu peran yang agung, peran yang tidak semua orang bisa menjalaninya dengan tulus, dengan ikhlas, dengan baik. Peran ini membutuhkan suatu pengorbanan yang demikian tinggi, disana kita mengesampingkan semua hal yang bisa diterima dan dirasakan orang2 yang mencintai : dicintai balik, diperhatikan, diberi banyak waktu, dan lainnya.
Kita memerankan sebagai orang yang mencintai, disini kita tidak bisa meminta dicintai balik, cukup sebagai orang yang tinggal disatu sisi. Atau mungkin kita juga dicintai tapi tidak "sepenuh hati". mungkin terbagi, mungkin tersebar rata, pada kasus ini kita melihat contoh istri2 Rasulullah, mereka tentunya sadar rasulullah memilih mereka bukan hanya karena cinta, tapi risalah dakwah juga kemanusiaan, maka dari itu mereka tidak mengeluh untuk mendapati Rasulullah ada di samping mereka di tiap malam, menemani, bercanda, sepanjang hari. Rasulullah tidak selalu disana.
Merekalah contoh dari manusia2 yang memerankan peran mencintai dengan sangat baik, dengan sangat agung. Mencintai ( pernikahan ) tidak selalu wajah yang saling bertatap muka, tangan yang saling menggenggam erat, hati yang selalu merindu. Maka di peran ini kita tidak banyak menuntut, tidak banyak meminta haknya tertunaikan, kita hanya memainkan satu peran : mencintai. itu saja, tidak lebih.
Peran ini sebenarnya bisa dimainkan dengan baik oleh semua orang, terutama bagi mereka yg merasa cintanya akan bertepuk sebelah tangan atau menyadari bahwa cinta tak akan terbalas. mainkan saja peran itu dengan baik, peran mencintai. tanpa perlu mengharap balasan berlebih, berbalas cinta. Bukankah hidup ini adalah sebuah peran juga? Apa jika telah terbalas cinta kita merasa telah ada di akhir yang bahagia? berkekalan?
Maka perankanlah peran mencintai itu dengan baik, sembari tentu saja boleh berharap mendapatkan peran yang lain juga : sama-sama dicintai.
Kita memerankan sebagai orang yang mencintai, disini kita tidak bisa meminta dicintai balik, cukup sebagai orang yang tinggal disatu sisi. Atau mungkin kita juga dicintai tapi tidak "sepenuh hati". mungkin terbagi, mungkin tersebar rata, pada kasus ini kita melihat contoh istri2 Rasulullah, mereka tentunya sadar rasulullah memilih mereka bukan hanya karena cinta, tapi risalah dakwah juga kemanusiaan, maka dari itu mereka tidak mengeluh untuk mendapati Rasulullah ada di samping mereka di tiap malam, menemani, bercanda, sepanjang hari. Rasulullah tidak selalu disana.
Merekalah contoh dari manusia2 yang memerankan peran mencintai dengan sangat baik, dengan sangat agung. Mencintai ( pernikahan ) tidak selalu wajah yang saling bertatap muka, tangan yang saling menggenggam erat, hati yang selalu merindu. Maka di peran ini kita tidak banyak menuntut, tidak banyak meminta haknya tertunaikan, kita hanya memainkan satu peran : mencintai. itu saja, tidak lebih.
Peran ini sebenarnya bisa dimainkan dengan baik oleh semua orang, terutama bagi mereka yg merasa cintanya akan bertepuk sebelah tangan atau menyadari bahwa cinta tak akan terbalas. mainkan saja peran itu dengan baik, peran mencintai. tanpa perlu mengharap balasan berlebih, berbalas cinta. Bukankah hidup ini adalah sebuah peran juga? Apa jika telah terbalas cinta kita merasa telah ada di akhir yang bahagia? berkekalan?
Maka perankanlah peran mencintai itu dengan baik, sembari tentu saja boleh berharap mendapatkan peran yang lain juga : sama-sama dicintai.
Komentar
Posting Komentar