Katanya tidak ada perasaan yang lebih menyenangkan selain perasaan bahwa tahu kita dicintai. tapi itu kalau kita ada disisi yang sama, sama-sama mencintai. Maka apabila kita telah tahu bahwa kita pun dicintai itu sama saja dengan bibit bunga yang berhasil mendapatkan semua yang dibutuhkannya : Hujan sedang, matahari dan angin yang mengarak awan.
Beda kalau misalnya kita tahu bahwa kita hanya dicintai -saja- tanpa kita merasa mencintai juga. kita ada di sisi yang berbeda kemudian. ada sebagian orang yang merasa senang bahkan bahagia dengan hal ini, ia merasa senang : wah aku dicintai, aku disukai. ia kemudian berbinar bahkan seperti menginjak barisan awan, memandang bumi dari atas sana sembari tersenyum-senyum penuh kemenangan.
Namun ada yang merasa terganggu dengannya, menyadari bahwa perlakuan, perhatian yang ia berikan dianggap salah, dianggap lain. ada gurat kekecewaan disana, karena bisa jadi ia hanya menganggap sebagai sahabat biasa2 saja, dengan kadar kedekatan berbeda, namun hanya sampai sana tidak lebih. Tak jarang hal ini lalu membuat jarak yang demikian lebar padahal sebelumnya mereka sedekat danau dan karang, nyaris tak terpisahkan. karena percik-percik ( yang sebenarnya wajar tumbuh dari suatu kedekatan ) tetiba mereka menjadi sejarak siang dan malam : jauh padahal mereka saling menggantikan.
Mungkin poin pengganggu nya adalah jadi ada senggan, ragu2 atau bahkan perasaan malu untuk kembali sedekat dulu. bagaimanapun bagi mereka yang ada di sisi tidak bisa mencintai mereka jadi semacam enggan untuk memberikan hal yang lebih lagi, takut kembali disalah artikan. Yang paling sangat mengganggu dari hal tersebut adalah jika rasa itu tidak timbul dari percik atau karena persahabatan yang lama. kenal sebentar lalu tetiba tumbuh benih2 suka, lantas semacam "memborbadir" orang yg disukainya itu dg perhatian2 berlebih, pertanyaan2 menganggu atau sikap2 yang menunjukan ketertarikan, bahkan "mengurung" menjaga sang benih dari orang2 lain, memberi tahukan secara tak langsung pada orang lain : "hey dia milikku, hey lihatlah betapa dekatnya kami, menjauhlah ! "
Jika kemudian ia menyatakan ketertarikannya lantas kita ( dlm contoh ini ) akhirnya mempunyai kesempatan untuk mengakhiri semua keterlebihan itu, dalam bahasa yg lebih kasar : menolaknya. selesai? belum tentu juga, karena bisa jadi ia tidak menyerah untuk terus mengejar. Tapi itu tentunya tidaklah seberapa kalau orang yg menyukai itu belum juga menyatakan rasanya. tentu ini menjadi perasaan yg akan cukup menyiksa. jika pada sisi yg sama2 mencintai kita akan dibuat penasaran maka di sisi sebaliknya kita akan merasa terganggu dan kehilangan kebebasan gerak. Jika seperti itu tentu hal terbaik yg dipilih adalah sebisa mungkin menghindar secara teratur, untuk kemudian meninggalkan kesan : aku tidak memilihmu.
Sekarang skenarionya dibalik, kita ada di posisi mencintai dan kita telah menebak ( bahkan tahu ) bahwa orang yg kita cintai itu tdk merasakan hal yang sama pada kita. Bagaimanakah rasanya? Segeralah mengalihkan pandang sembari tetap tersenyum..
Beda kalau misalnya kita tahu bahwa kita hanya dicintai -saja- tanpa kita merasa mencintai juga. kita ada di sisi yang berbeda kemudian. ada sebagian orang yang merasa senang bahkan bahagia dengan hal ini, ia merasa senang : wah aku dicintai, aku disukai. ia kemudian berbinar bahkan seperti menginjak barisan awan, memandang bumi dari atas sana sembari tersenyum-senyum penuh kemenangan.
Namun ada yang merasa terganggu dengannya, menyadari bahwa perlakuan, perhatian yang ia berikan dianggap salah, dianggap lain. ada gurat kekecewaan disana, karena bisa jadi ia hanya menganggap sebagai sahabat biasa2 saja, dengan kadar kedekatan berbeda, namun hanya sampai sana tidak lebih. Tak jarang hal ini lalu membuat jarak yang demikian lebar padahal sebelumnya mereka sedekat danau dan karang, nyaris tak terpisahkan. karena percik-percik ( yang sebenarnya wajar tumbuh dari suatu kedekatan ) tetiba mereka menjadi sejarak siang dan malam : jauh padahal mereka saling menggantikan.
Mungkin poin pengganggu nya adalah jadi ada senggan, ragu2 atau bahkan perasaan malu untuk kembali sedekat dulu. bagaimanapun bagi mereka yang ada di sisi tidak bisa mencintai mereka jadi semacam enggan untuk memberikan hal yang lebih lagi, takut kembali disalah artikan. Yang paling sangat mengganggu dari hal tersebut adalah jika rasa itu tidak timbul dari percik atau karena persahabatan yang lama. kenal sebentar lalu tetiba tumbuh benih2 suka, lantas semacam "memborbadir" orang yg disukainya itu dg perhatian2 berlebih, pertanyaan2 menganggu atau sikap2 yang menunjukan ketertarikan, bahkan "mengurung" menjaga sang benih dari orang2 lain, memberi tahukan secara tak langsung pada orang lain : "hey dia milikku, hey lihatlah betapa dekatnya kami, menjauhlah ! "
Jika kemudian ia menyatakan ketertarikannya lantas kita ( dlm contoh ini ) akhirnya mempunyai kesempatan untuk mengakhiri semua keterlebihan itu, dalam bahasa yg lebih kasar : menolaknya. selesai? belum tentu juga, karena bisa jadi ia tidak menyerah untuk terus mengejar. Tapi itu tentunya tidaklah seberapa kalau orang yg menyukai itu belum juga menyatakan rasanya. tentu ini menjadi perasaan yg akan cukup menyiksa. jika pada sisi yg sama2 mencintai kita akan dibuat penasaran maka di sisi sebaliknya kita akan merasa terganggu dan kehilangan kebebasan gerak. Jika seperti itu tentu hal terbaik yg dipilih adalah sebisa mungkin menghindar secara teratur, untuk kemudian meninggalkan kesan : aku tidak memilihmu.
Sekarang skenarionya dibalik, kita ada di posisi mencintai dan kita telah menebak ( bahkan tahu ) bahwa orang yg kita cintai itu tdk merasakan hal yang sama pada kita. Bagaimanakah rasanya? Segeralah mengalihkan pandang sembari tetap tersenyum..
Komentar
Posting Komentar