Langsung ke konten utama

Ikhlaslah,duhai...

    Ikhlas menurut bahasa adalah tulus hati, membersihkan hati dan memurnikan niat. Sedangkan menurut istilah berarti mengerjakan amal ibadah dengan niat hanya kepada Allah untuk memperoleh ridha-Nya. Pengertian lain adalah mentauhidkan dan mengkhususkan Allah sebagai tujuan dalam berbuat taat kepada aturan-Nya.
    jadi segala sesuatu harus semata-mata karenaNya semata, tidak terbesit keinginan dilihat makhluk apalagi mengharap pujian2 dr mereka, hanya untuk Allah semata.
    Namun dlm pengertian lain yg diadopsi ke bahasa keseharian kita ikhlas ini diartikan pasrah, menerima apa adanya. terkadang terdengar seperti sebuah kepasrahan "ya sudahlah, ikhlaskan saja" . ini tdk lah salah, namun tentunya setelah kata ikhlas itu ada koma, bukan titik yg artinya ada langkah lanjutan setelah kita mengikhlaskan sesuatu. cukup jauh memang dr pengertian dasar tentang ikhlas ini, tapi disini saya akan mencoba menulis tentang ikhlas yang kadung terbaca sebagai sebuah "kepasrahan" dlm masyarakat kita.
    ketika kita kehilangan sesuatu atau seseorang biasanya kita akan sering mendengar nasehat2 orang lain "ikhlaskan ya" "sudah, ikhlaskan saja semoga Allah ganti dg yg lebih baik" atau kita sendiri yg berkata " Ya Allah aku ikhlaskan semuanya" ya itulah ikhlas, kepasrahan, menyerahkan semuanya kembali kepadaNya.
namun ada satu hal yg harus diperhatikan selanjutnya, itulah kekuatan, the power of ikhlas.seperti sebuah tema kajian yg sering kita dengar, karena alangkah besarnya kekuatan ikhlas ini, sama halnya seperti sabar. sabar bukan berserah sepenuhnya, menerima apa adanya tapi adalah kekuatan untuk bangkit, kemudian memulai lagi apa yg terluput dan tertinggal.
    saya sering menganalogikan hidup ini ( yg memang ) sebuah perjalanan, saya hendak ke suatu tujuan, mengendarai sebuah sepeda motor, tentu banyak hal yg bisa saya temui dan alami selama perjalanan. semisal terik matahari atau lebat hujan, tentunya saya harus bersabar dengannya. apa bentuk sabar saya? apakah tetap saja mengendarai dg kondisi seadanya? atau bahkan menepi hingga reda terik dan hujannya? tentu tidak. saya bersabar dg kondisi cuaca maka saya menggunakan helm yg baik, sarung tangan dan lainnya, pun jikia hujan saya menggunakan jas hujan tentunya karena bagaimanapun perjalanan harus terus tertempuh, jika hujannya matalah lebat? saya menepi sejenak, yg saya sebut rihlah dan muhasabah.
Juga berbagai rambu2 selama perjalanan yg tentu saja harus saya patuhi, demi keselamatan saya sendiri. itulah norma2 agama yg tdk boleh dilanggar.
    sementara ikhlas dlm analogi ini adalah, semua perjalanan yg ditempuh ini hanyalah untuk mencari keridhoan Nya semata, semua langkah ini adalah semata-mata hanya untukNya. namun begitulah hidup, perjalanan tak selalu dlm lancar damai, tenang tentram, ada ujian, musibah, halangan dan hal2 yg mungkin tak terduga. misal tiba2 motor kita tergelincir dan jatuh, tubuh kita terbentur batuan keras, luka menganga, darah mengucur dimana-mana, maka ikhlaslah kemudian jawabnya.
apa ikhlas itu adalah kita diam saja menerima musibah ? lantas kita pasrah saja sembari berkata "aku ikhlas ya Allah atas musibah ini" sementara tubuh masih tergeletak di jalanan, pipi masih menyentuh tanah dan luka semakin mendalam. tentu ikhlas bukanlah demikian. Ikhlas itu adalah bangkit, menrima musibah sebagai kehendakNya iya, lalu kemudian berusaha berdiri, berjalan kepinggir, mendirikan lg sepeda motor yg juga tergeletak, kemudian berusaha menenangkan diri, membersihkan luka untuk kemudian melanjutkan perjalanan. tak usahlah mengutuki jalanan yg berlubang atau motor yg tetiba rusak, atau bahkan bertengkar dg pejalan lainnya, tenangkan saja, lalu bangkit, sebelum ada kendaraan lain yg bisa menggilas tubuh kita yg masih tergeletak.
    ada perih memang, ada ringis perih, atau bahkan mungkin air mata yg mengucur deras tapi perjalanan tetap harus ditempuh. mungkin beberapa membutuhkan waktu untuk kembali berdiri tegak untuk kemudian melanjutkan perjalanan, tak apa, namun satu yg harus diingat : perjalanan harus tetap di tempuh !! lebih cepat, lebih baik. maka beberapa dengan kuatnya kembali bangkit, melaju lagi, walau perih dan linu yg terkadang masih membuat meringis. itulah bedanya, itulah ikhlas. ikhlas itu memberikan kekuatan penyembuhan yang amat dahsyat kepada manusia. "aku ikhlas atas musibah ini ya Rabb, ampuni aku, dengan menyebut namaMu aku kembali melaju" .  ada kekuatan lebih ketika kita menyandarkan segala sesuatu denganNya, ah segala sesuatu itu menjadi kecil ketika dihadapanNya.
    selain kekuatan bangkit, ikhlas ini mengandung juga kekuatan introspeksi. dimana setelah musibah itu yg kemudian membuatnya bangkit, ia jd berfikir lbh baik, lebih berhati-hati dlm menempuh perjalanannya, juga persiapan dan perbekalan yg jauh lebih baik dari sebelumnya. ia mempersiapkan kendaraannya lebih baik, memeriksa semuanya berjalan baik, ia mempersiapkan pakaian terbaik untuk melindunginya jika kejadian tak terduga terulang, bahkan ia telah mempersiapkan alat2 p3k sebagai langkah antisipasi.
    begitulah, sehingga ikhlas ( pun sabar ) yg kadang terdengar ebagai sebuah kalimat pasif, bahkan diartikan "negatif" ( pasrah, menerima apa adanya ) sebenarnya memiliki kekuatan kata yg luar biasa, menggerakan , menyemangati, maka sepatutnya lah kita senantiasa ikhlas dlm menerima segala sesuatu yg terjadi, pun tentunya mengembalikan asal kata utama dari ikhlas ini : mengerjakan segala sesuatu hanya untuk Allah semata, keridhoanNya saja. maka sekelam apapun langit, seterjal apapun jalan, kita terus melaju, karena yg kita tuju hanya Dia : Allah.
    Wallahu a'lam :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senja di Palestina..

Senja di palestina, bidadari berbaris rapi menyambut para syuhada, sebagian berebut ruh mereka di tanah-tanah ajaib; Gaza.. Senja di Palestina.. raungan cekaman silih berganti rasa: syahid yang dimimpikan, syurga yang dijanjikan.. Senja di Palestina.. jutaan do'a bersayap cahaya menembus langit, beberapa mengiringinya dengan air mata, juga sesak; hanya itu yg dia bisa Senja di Palestina.. sesaat lagi fajar kemenangan akan tiba, menerbitkan cahaya di timur yang mengangkasa, dari Gaza.. 

Perempuan di balik senja

 Seorang perempuan memandang cermin, lusuh, ia sudah tak mengingat kapan terakhir ia membasuhnya dengan lap basah. Debu-debu dipermukaannya, menampakan wajahnya yang juga lusuh ditelan senja. Dalam cermin itu ia melihat bayangan almanak, tepat dipinggir jendela yang memerah karena pantulan matahari senja. Perempuan beranjak, mendekati almanak “sudah tanggal muda, aku lupa membaliknya” ia bergumam, lalu membalikan lembaran kalender yang telah lima bulan terpampang didinding kamarnya. “ah..minggu depan ternyata tanggal lahirku, bertambah lagi umurku” ia mengusap pipinya; kasar. Ia lalu berjalan, mendekati jendela. Sudah senja, langit memerah megah. Sebentar lagi gelap sempurna menggulung terang. Ia masih disana, kembali jatuh kagum pada senja, tempat semua heningnya berhimpun. Ia tersenyum; satir.. “sudah lagi senja, padahal baru saja kulihat arak awan fajar. Satu persatu warna tersibak, cahaya memancar dari timur, menebar warna, semua yang dilaluinya menjadi i

Tentang debar, deras kata dan hening hujan..

Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega