Langsung ke konten utama

Palsu

Adakah yang mereka tak tahu?
jika mereka melihat biru langit atau gemerlap bintang
sesungguhnya itu adalah kabut dan gulungan gelap
hitam, menakutkan
Jika mereka lihat sepi, sunyi yang disenandungkan
sesungguhnya itu adalah suara yang bertalu-talu, memecah kaca
memekakkan telinga, ia menghancurkan hati-hati yang tertipu diamnya
mereka hidup di ruang hampa udara dan telinga yang disumbat kanan kirinya
salah siapa?
aku berlari, jauh ke lampau dimana semuanya berawal
kutemukan wajah seringai srigala, khianat, kepalsuan.
dari sanalah, hingga akhirnya sebuah kubah raksasa dibangun
dikurung mereka dalam dunia yang palsu, dunia yang tak nyata
bahkan tak pernah benar-benar ada.
ada yang jatuh dalam harap, ada juga yang menyematkan iba
padahal tak lah diperlukan itu semua
apalah gunanya bagi topeng yang dipakai kesana kemari
selain (nanti) sakit, kecewa yang menggejala, mewabah luas; menghitamkan semesta
Lalu aku menerka langkah, hendak apa, hendak kemana?
menghilang lalu hadir dalam bentuk yang berbeda?
atau tetap menjalani peran seperti apa adanya? sembari sesekali mencari celah untuk melarikan diri
dari kubah bernama kepalsuan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang debar, deras kata dan hening hujan..

Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega...

Tahun kesepuluh

    seorang lelaki memandangi timur langit, pada suatu hari menjelang senja, langit memutarkan cerita. seperti mesin waktu. ia dibawa kesana utuh, tiba-tiba saja ia tersenyum "aku mengingatnya' gumamnya, "wajah itu", tambahnya "yang akan selalu aku bawa hingga berpuluh umurku". ia lalu menghitung jari tangannya, sebanyak itulah bilangan tahun dimana wajahnya tak pernah luruh, menabuhkah derap yang terkadang membuat hatinya runtuh. namun ajaib, semua rapuh itu selalu saja dikalahkan seonggok harap. maka ia kembali tersenyum, hingga sepuluh tahun.     "wajah itu" serunya "selalu menunduk, namun tak ada yang dapat mengalahkan senyumnya, sekalipun lengkung sabit bulan" cerita yang berputar, hingga kisah mereka tak jua usai, entah sampai kapan, namun selalu saja ia nikmati semua debar, juga harapan-harapan setinggi awan yang diarak angin menuju barat, lalu tenggelam, hilang ditelan malam.     mereka sedekat langit dan awan, hingga orang-ora...

Jatuh

Seorang lelaki jatuh; dalam senyum pada wajah yang melukiskan binar juga tentram yang demikian dalam. Sedalam lautan. ada apa gerangan dengan lengkung sabit bulan? sungguh indahnya telah terkalahkan !