Langsung ke konten utama

2 orang renta..

seorang renta mengatur mobil yang hendak keluar parkir dari sebuah rumah makan
tubuhnya sudah bungkuk, rompi parkirnya terlihat sangat lusuh
ia berusaha meniup peluit untuk mengeluarkan mobil
terkadang ada suara, terkadang tidak; nafasnya terengah-engah
sang pengendara menghardiknya kasar, karena sudah lebih dari 5 menit ia tak juga keluar
aku bertanya-tanya. di usia serenta itu kemana gerangan anak-anaknya?
yang dulu ia sayangi sepenuh hati, jiwa, cinta..?

Seorang perempuan renta duduk-duduk di sebuah teras rumahnya menjelang senja
tatapannya kosong menatap lalu lalang mobil yang melewatinya
tak pernah ada lengkung senyum, baju batiknya tampak sangat lusuh
berpadu dengan rambutnya yang telah seluruhnya putih
seorang manusia berkata padanya, keras: "masuklah, sudah mau malam!"
aku bertanya-tanya. Itukah anaknya?
yang dulu ia sayangi sepenuh hati, jiwa, cinta...?



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang debar, deras kata dan hening hujan..

Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega...

Tahun kesepuluh

    seorang lelaki memandangi timur langit, pada suatu hari menjelang senja, langit memutarkan cerita. seperti mesin waktu. ia dibawa kesana utuh, tiba-tiba saja ia tersenyum "aku mengingatnya' gumamnya, "wajah itu", tambahnya "yang akan selalu aku bawa hingga berpuluh umurku". ia lalu menghitung jari tangannya, sebanyak itulah bilangan tahun dimana wajahnya tak pernah luruh, menabuhkah derap yang terkadang membuat hatinya runtuh. namun ajaib, semua rapuh itu selalu saja dikalahkan seonggok harap. maka ia kembali tersenyum, hingga sepuluh tahun.     "wajah itu" serunya "selalu menunduk, namun tak ada yang dapat mengalahkan senyumnya, sekalipun lengkung sabit bulan" cerita yang berputar, hingga kisah mereka tak jua usai, entah sampai kapan, namun selalu saja ia nikmati semua debar, juga harapan-harapan setinggi awan yang diarak angin menuju barat, lalu tenggelam, hilang ditelan malam.     mereka sedekat langit dan awan, hingga orang-ora...

Jatuh

Seorang lelaki jatuh; dalam senyum pada wajah yang melukiskan binar juga tentram yang demikian dalam. Sedalam lautan. ada apa gerangan dengan lengkung sabit bulan? sungguh indahnya telah terkalahkan !