Ia kembali hadir dengan rangkaian huruf dan senyum yang sesekali menyapa nyata.
"Tunggu" katanya "jangan dulu melupakan aku, belum saatnya, masih ada waktu"
Hujan besar sore itu, langit mencurahkan cintanya, membasuh rindu bumi. sementara beberapa orang
menepi, menyaksikan mereka memadu kasih.
"tapi aku bosan" sanggahku " rindu itu bukan hanya bertemu, tapi dirindukan. Rindukah engkau padaku?"
kilat sesekali menyambar, bukan bumi ini saja yang ia hujani. beberapa menantinya dengan sabar.
"tak kah kau baca mimpi-mimpimu, duhai?" katamu
"bukankah seringkali aku menyapamu saat engkau telah sempurna melupakan?"
"justru itu" jawabku "dapatkah engkau berhenti menggangguku?"
.............
hujan mulai reda sore itu, jalanan, tanah, rumput telah basah tergenang. langit masih mendung memang, pun matahari, tak ada yang tahu kemana ia menyembunyikan diri.
Komentar
Posting Komentar