Langsung ke konten utama

Dari sinilah kisah itu bermula




Kebersamaan katamu, akan menghadirkan kuncup-kuncup bunga
tunggu saja hingga ia mewarnai taman hatimu
lalu ia tersenyum, sehangat pagi

lalu aku terjatuh, "salahmu" kataku
ia terbahak, lalu bertanya "Apa yang hendak kau katakan sekarang?"
"maukah engkau menjadi pendampingku?"tanyaku
wajahnya memerah, seperti senja
langit bercerita, mentari pulang ke peraduannya
sementara malam mulai memeluk; senyum bulan

..............................

Perpisahan, katamu adalah keniscayaan setiap hidup
lambat laun kita kan menempuhnya
jangan salahkan waktu jika terlalu cepat menghampirimu
menghampiri kita
wajahnya murung, semuram kabut

Lalu aku hancur, "salahmu" kataku
ia menahan tangis, lalu bertanya "Apa yang hendak kau katakan sekarang?"
"pergilah, aku merelakanmu"
Wajahnya menghitam, sekelam malam
Sementara langit menyempurnakan gelapnya
potongan bulan jatuh berkeping
pecahannya mengoyak mata, menderaskan air mata, juga luka


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang debar, deras kata dan hening hujan..

Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega...

Tahun kesepuluh

    seorang lelaki memandangi timur langit, pada suatu hari menjelang senja, langit memutarkan cerita. seperti mesin waktu. ia dibawa kesana utuh, tiba-tiba saja ia tersenyum "aku mengingatnya' gumamnya, "wajah itu", tambahnya "yang akan selalu aku bawa hingga berpuluh umurku". ia lalu menghitung jari tangannya, sebanyak itulah bilangan tahun dimana wajahnya tak pernah luruh, menabuhkah derap yang terkadang membuat hatinya runtuh. namun ajaib, semua rapuh itu selalu saja dikalahkan seonggok harap. maka ia kembali tersenyum, hingga sepuluh tahun.     "wajah itu" serunya "selalu menunduk, namun tak ada yang dapat mengalahkan senyumnya, sekalipun lengkung sabit bulan" cerita yang berputar, hingga kisah mereka tak jua usai, entah sampai kapan, namun selalu saja ia nikmati semua debar, juga harapan-harapan setinggi awan yang diarak angin menuju barat, lalu tenggelam, hilang ditelan malam.     mereka sedekat langit dan awan, hingga orang-ora...

Jatuh

Seorang lelaki jatuh; dalam senyum pada wajah yang melukiskan binar juga tentram yang demikian dalam. Sedalam lautan. ada apa gerangan dengan lengkung sabit bulan? sungguh indahnya telah terkalahkan !