Pernahkah engkau bermimpi, tentang kita yang duduk di sebuah taman yang hijau rumputnya. Langit setelah hujan, pelangi berpendar diantara putih awan yang kemayu di belai angin.
Hanya ada kita, juga sekuntum bunga di ujung taman, yang aku janjikan untuk memetiknya dalam perjalanan kita pulang.
Pernahkah engkau membayangkannya, tentang kita yang duduk dan menyandarkan kedua tangan kita di atas meja kayu di tengah tamannya.
Mata kita saling pandang, sementara senyum terkembang, terurai jadi tentram. Pernahkah?
Ataukah hanya sesisi khayal? Dimana hanya ada aku yang bermimpi, membayangkan. Tanpa sedikit pun terlintas di beranda khayalmu.
Hanya ada aku di taman itu?
Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega...
Komentar
Posting Komentar