Suara-suara berlarian di sekitar kepala. Aku mendengar tapi mata tak menangkap wujudnya: semu.
Entah apa yang kucari, wajah-wajah, percakapan, sandiwara, citra, rindu? Benarkah aku merindu?
Malam yang memeluk, sementara mata menerawang jauh, melipat jarak. Lalu khayal mulai memainkan drama, melukis wajah lalu masing-masing memainkan peran. Dan selalu saja kamu, kamu dan kamu. Rindu?
Mata terbuka memang, namun sejatinya ia hidup dalam pejam. Terabai semua di sekitar, padahal mereka nyata, dapat kau rasakan seperti hujan yang menampar-nampar wajah.
Lalu kemanakah matahari? Bangunlah, segala disekelilingmu adalah taman bunga, sesekali bahkan bisa engkau lihat pelangi. Lalu rasakanlah segala tentram itu menelusup hingga ke dalam ufuk hatimu. Kamu? Juga aku.
Apakah itu artinya kita harus berhenti..merindu?
Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega...
Komentar
Posting Komentar