Apa yang lebih menyedihkan dari cinta yang tak terlabuh? cinta yang tak bisa memiliki?
seseorang bertanya padaku di senja itu
seperti senja? aku balik bertanya
apa maksudmu? tanyanya
kamu mencintainya, namun kamu tak bisa memilikinya. Ia bahkan hanya sebentar dapat engkau pandang. Jangankan tanganmu memeluknya, matamu saja sudah kepayahan menangkapnya.
mungkin benar, katanya. Tapi apa yang bisa disalahkan pada perasaan?
tak ada sama sekali, jawabku. salahnya adalah mungkin kita terlalu membesarkannya
kamu menyiksa dirimu sendiri sejatinya, mencintai namun harus memiliki. Apa kuasamu atas itu semua? pun pada waktu yang lambat laun akan memisahkanmu. sesingkat senja, sadarkah?
cinta sejati katamu, adalah ketika mata saling beradu pandang, tangan saling mendekap mesra, hati selalu terpaut rasa, begitukah? alangkah naifnya. Bilakah perpisahan yang lambat laun kan memisahkanmu, pudarkah semua itu?
Tentu tidak, jawabmu, aku ingin melabuhkannya saat ini saja
anggap saja begitu, cinta telah terlabuh, lalu engkau terpisahkan waktu, selesai..
kamu tak pernah mengerti, katanya
jangan egois, kataku, ketika cintamu harus terbalas sesungguhnya itu bukan sebenar cinta
memberilah tanpa mengharap balas, mencintailah tanpa harus ia pun mencintaimu.
lantas apa yang harus aku lakukan atas rindu yang menghujam-hujam ini? tanyamu
seperti menatap senja, sebelum berlalu rubahlah rasa menjadi kata
semoga sebelum sempurna malam, ia mendengar segala debar rindu
lalu berbaliklah, kembalilah pulang
mungkin ia akan mengabaimu
atau mungkin ia akan memanggilmu untuk kembali memandang
lalu mengarungi malam bersama rasi bintang dan rembulan
baiklah, katamu..
aku mencintaimu..
tiba-tiba hening, tiba-tiba debar
Komentar
Posting Komentar