hari ini seperti hari-hari kemarin, masih.
aku tak memikirkan apapun, aku tak menunggu apapun, aku tak menanti siapapun
seperti anai-anai yang dibawa angin, atau gunung yang dibawa bumi berputar-putar
tak pernah lagi kugubah puisi, atau menuliskan bait-bait rindu di dinding hijau kamarku.
Pun langit, pun awan, pun bebintang, mereka tak pernah lagi melukis wajah-wajah para penyiksa itu.
dunia bagiku kini tak ubahnya taman bermain, dan aku adalah anak kecil yang riang berlari.
apa peduliku pada kawan bermain? aku mempunyai segalanya disitu; taman, bunga, sungai..
aku tak pernah lagi disiksa perih, ia telah mengering, bahkan bebal, kebal, mati rasa.
aku berhenti mencari, aku selesai menanti. Bagi para pengunjung silahkan mengisi buku tamu,
tunggu aku selesai bermain di taman itu. Setelahnya kita lihat, adakah salah satu yang bisa kuajak masuk?
Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega...
Komentar
Posting Komentar