Ia yang tak lagi menjadi gemuruh
apa kabar merah senjamu?
apa kabar gemintang langitmu?
maafkan aku, garis telah ditulis sekarang
aku di tepi tebing dan kamu ditebing lainnya
jurang yang memisahkan; bilakah kamu berani melompatinya?
sesekali mengingat, namun hanya itu
aku telah sempurna menanggalkan harapan
bahkan untuk sekedar duduk-duduk ditepi tebing pun telah aku tinggalkan. Aku terlalu sibuk dengan taman.
Masing-masing dari kita menahan sapa
bahkan untuk saling melempar batu pun kita tak kuasa
Aku menamainya kematian
namun pada hal yang semestinya ditangiskan
aku malah bersorak senang, melompat-lompat dengan mata terpejam dan senyum yang terangkai
merayakan kematian, kepergian...
Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega...
Komentar
Posting Komentar