Langsung ke konten utama

Tersenyumlah duhai..

    Ada beberapa hal yang tidak kita harus mengerti atau ketahui jawabannya. disana kita hanya harus duduk, diam, menerima, memaklumi, mengikhlaskan, memaafkan. disana kita juga tidak perlu memurungi diri menjadi jingga, kelabu bahkan hitam kelam. cukup ambil saja beberapa pewarna untuk merubahnya menjadi pelangi, nyaman orang-orang memandangnya.
    karena pada kenyataannya memang selalu begitu, selalu saja kita menjatuhkan diri pada lubang hitam yang sejatinya kita mampu melompatinya lalu memandangnya dengan senyum tanpa perlu banyak-banyak bertanya dan memikirkan ada apa di dalam lubang sedalam itu? adakah kehidupan? hingga uban memenuhi setiap helai rambutmu pun takkan ditemukan jawaban.
     Maka berlalu saja, melompat-lompat riang di taman yang rumputnya basah setelah diguyur hujan sedang, lepas alas kakimu, rasakan dinginnya bermain-main di telapak kaki hingga menentramkan hatimu, sementara senyum riang terangkai sembari sesekali bersenandung senang, dan lihatlah..alam menyempurnakan segala pandang : cerah langit, teduh awan dan pelangi. Tersenyumlah.. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang debar, deras kata dan hening hujan..

Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega...

Tahun kesepuluh

    seorang lelaki memandangi timur langit, pada suatu hari menjelang senja, langit memutarkan cerita. seperti mesin waktu. ia dibawa kesana utuh, tiba-tiba saja ia tersenyum "aku mengingatnya' gumamnya, "wajah itu", tambahnya "yang akan selalu aku bawa hingga berpuluh umurku". ia lalu menghitung jari tangannya, sebanyak itulah bilangan tahun dimana wajahnya tak pernah luruh, menabuhkah derap yang terkadang membuat hatinya runtuh. namun ajaib, semua rapuh itu selalu saja dikalahkan seonggok harap. maka ia kembali tersenyum, hingga sepuluh tahun.     "wajah itu" serunya "selalu menunduk, namun tak ada yang dapat mengalahkan senyumnya, sekalipun lengkung sabit bulan" cerita yang berputar, hingga kisah mereka tak jua usai, entah sampai kapan, namun selalu saja ia nikmati semua debar, juga harapan-harapan setinggi awan yang diarak angin menuju barat, lalu tenggelam, hilang ditelan malam.     mereka sedekat langit dan awan, hingga orang-ora...

Jatuh

Seorang lelaki jatuh; dalam senyum pada wajah yang melukiskan binar juga tentram yang demikian dalam. Sedalam lautan. ada apa gerangan dengan lengkung sabit bulan? sungguh indahnya telah terkalahkan !