Langsung ke konten utama

Tarian Kata

Rangkai kata yang menari, mencoba menelisik sunyi dalam geram yang diciptakan sendiri. Itulah bayang, segurat sinar membentuk bayangan yang mengambil alih desir menjadi langkah. jika cahaya itu diam, terdiam pulalah langkah, hanya berputar-putar saja di tempat, menari, seperti para penari-penari sufi.

betapa namyak mata yang tertutup, sementara ia sibuk menjaga agar hijabnya tak jatuh. maka salahkanlah waktu dimana ia bisa saja membuka tirai langit. Benderang segala yang terpandang, tak lagi resah akan gelap yamg menggulung, menggantung, saling bertindih.

Sebuah kereta terparkir di ujung ampun. ia ingin melangkah kesana kemudian menghilang, nyaris tanpa jejak. adapun yang bertanya mengapa ia akan menjawab tenang ; aku ingin sejenak melepaskan penat di rindang bukit. Padahal ia melenyapkan diri ke balik bukit hingga ujung kukunya tak pernah lagi tampak.

pandangannya pada jam pasir yang lambat laun akan habis juga. sampai kapan malam dan siang saling mengganti, atau gugur dan subur daun berulang kali menjadi lukisan. Ia tak pandai menjawab, seperti halnya pada deret angka yang diacak berbagai rumus ilmu, dimana ia hanya duduk memandang lembaran kertas sementara dua tangannya memegang kepala, tanda ampun.

berhenti saja mengumbar cerita, agar tak semakin banyak embun menyentuh dedaun. mungkin ia akan menutupinya dengan plastik tebal, hingga tak banyak yang bisa melihatnya menari-narikan kata, di suatu pagi saat matahari sedang hangat-hangatnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang debar, deras kata dan hening hujan..

Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega...

Tahun kesepuluh

    seorang lelaki memandangi timur langit, pada suatu hari menjelang senja, langit memutarkan cerita. seperti mesin waktu. ia dibawa kesana utuh, tiba-tiba saja ia tersenyum "aku mengingatnya' gumamnya, "wajah itu", tambahnya "yang akan selalu aku bawa hingga berpuluh umurku". ia lalu menghitung jari tangannya, sebanyak itulah bilangan tahun dimana wajahnya tak pernah luruh, menabuhkah derap yang terkadang membuat hatinya runtuh. namun ajaib, semua rapuh itu selalu saja dikalahkan seonggok harap. maka ia kembali tersenyum, hingga sepuluh tahun.     "wajah itu" serunya "selalu menunduk, namun tak ada yang dapat mengalahkan senyumnya, sekalipun lengkung sabit bulan" cerita yang berputar, hingga kisah mereka tak jua usai, entah sampai kapan, namun selalu saja ia nikmati semua debar, juga harapan-harapan setinggi awan yang diarak angin menuju barat, lalu tenggelam, hilang ditelan malam.     mereka sedekat langit dan awan, hingga orang-ora...

Jatuh

Seorang lelaki jatuh; dalam senyum pada wajah yang melukiskan binar juga tentram yang demikian dalam. Sedalam lautan. ada apa gerangan dengan lengkung sabit bulan? sungguh indahnya telah terkalahkan !