Langsung ke konten utama

Nyaris aku, tapi bukan..

Awalnya tentang senja, dan kekaguman tentangnya
megah langit, merah mega dan matahari yang melambai pulang
tapi ternyata bukan hanya aku
pun kamu mengagumi hal yang sama
kita saling pandang, lalu tersenyum
lalu kita saling membalas puisi
tentang senja yang kita cintai itu
lalu kita menjadi semakin dekat
sedekat jemari..

tibalah pertemuan..
aku mengingat kamu yang berjalan mendekat
senyum terangkai bak senja yang benderang
aku jatuh dalam malam, senja yang kubaca kamu itu
kubawa hingga ke alam di mana segala hal hanyalah terbatas pejam dan terjaga
aku menyimpan harap dan kejatuhan yang kunikmati sendiri..
kamu, telah kuukir menjadi rangkaian puisi

tibalah masanya..
semua orang menjadi pembaca, mereka membaca harapku
lalu mendorongku ke dalam jurang
ada kamu menanti di bawah, kata mereka
ternyata tidak, kamu tetap di atas: memalingkan muka
kamu menyumbat telinga, tak ingin mendengar apa yang mereka teriakan
kamu dan aku adalah sepasang temaram
aku mengaduhi kejatuhanku: sakit, berisik..
dan kamu menghilang, ditelan mendung senja
dan kita berhenti berpuisi tentangnya
menyakitkan..

..................................

Ada yang kembali..
aku menulisnya dalam rangkaian puisi
kamu kembali tersenyum walau tak menjulurkan jemari
untuk menarikku dari kejatuhanku
tidak, sementara itu cukup untukku
luka sudah mengering, aku sanggup mendaki sendiri
untuk kembali menatap binar wajahmu
dipuncak bukit kamu tersenyum..semegah senja

kembali pertemuan, dan pertemuan
kembali jatuh dan tak berhenti jatuh
aku menyerah..
namun hanya sebatas itu, tanganku hanyalah pemeluk angin
kagum, jatuh, harap, mati..begitulah urutannya
aku menyerah, aku berhenti, aku mati..

garis batas telah ditancapkan..
tak ada lagi harap yang boleh melintasinya sekarang
aku hanya sanggup berdiri di batas pagar
ia telah memutuskan memilih seseorang
kita bukan sepasang temaram, hanya kisah yang menjemukkan
atau cerita tentang kepayahan, kesiaan dan satir
ucapkanlah..ucapkanlah belasungkawa
atas kematian rasa, harap, rindu

begitulah..
nyaris aku, tapi bukan...

Komentar

  1. aaaaakkkk..aku tau aku tauu,, ini buat sapa,,uuhuuukkk *batuk yang kenceng*

    #puisisenja

    btw, keren ndra puisinya :p

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang debar, deras kata dan hening hujan..

Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega...

Tahun kesepuluh

    seorang lelaki memandangi timur langit, pada suatu hari menjelang senja, langit memutarkan cerita. seperti mesin waktu. ia dibawa kesana utuh, tiba-tiba saja ia tersenyum "aku mengingatnya' gumamnya, "wajah itu", tambahnya "yang akan selalu aku bawa hingga berpuluh umurku". ia lalu menghitung jari tangannya, sebanyak itulah bilangan tahun dimana wajahnya tak pernah luruh, menabuhkah derap yang terkadang membuat hatinya runtuh. namun ajaib, semua rapuh itu selalu saja dikalahkan seonggok harap. maka ia kembali tersenyum, hingga sepuluh tahun.     "wajah itu" serunya "selalu menunduk, namun tak ada yang dapat mengalahkan senyumnya, sekalipun lengkung sabit bulan" cerita yang berputar, hingga kisah mereka tak jua usai, entah sampai kapan, namun selalu saja ia nikmati semua debar, juga harapan-harapan setinggi awan yang diarak angin menuju barat, lalu tenggelam, hilang ditelan malam.     mereka sedekat langit dan awan, hingga orang-ora...

Jatuh

Seorang lelaki jatuh; dalam senyum pada wajah yang melukiskan binar juga tentram yang demikian dalam. Sedalam lautan. ada apa gerangan dengan lengkung sabit bulan? sungguh indahnya telah terkalahkan !