Langsung ke konten utama

Tiba-Tiba saja cinta

    Pada awalnya cinta seumpama debu, ia lahir memercik dari beberapa baris kata, atau wajah yg terlihat kecil, sebesar bulan yg dipandang dari bumi. tidak lebih. kemudian ia membukit bahkan menggunung, membuat cinta yang semula bernama kagum menjadi rindu untuk bertemu.
    lalu tibalah masanya bersua wajah, tertumpah rindu. kemudian semakin menjadi rindumu atau buyar tak bersisa sedikitpun, seperti bukit yang hancur : tak sesuai apa yang terbayang. bersisa 2 sekarang, rindu yg semakin menggebu atau mencari baris2 kata baru, mengulang semua dari awal?
    begitulah, itulah cinta2 semu. karena sejatinya dia akan datang ketika bahkan sebuah musim tak membentuk lengkung bulan, ia tiba2 saja hadir, bukan karena wajah atau baris kata, tiba2 saja engkau akan temukan ia bersemayam, bahkan sebelum engkau bertemu rupa.
    betullah ada cinta yg ada karena telah terbiasa, namun cinta yang hadir karena tiba2 itu adalah luar biasa, seperti rintik hujan di kala terik, atau pelangi di waktu senja, engkau akan menyukainya, engkau akan mencintainya..tiba2.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang debar, deras kata dan hening hujan..

Layar terkembang, kisah kembali dimulai lengkum senyum di ujung senja dan debar yang demikian meraja "Selalu ada berjuta alasan untuk membawamu serta" katamu "Dan malam ini hanya ada aku dengan segudang tanya, dan engkau yang akan memecahkan karang" wajahnya melukis senyum; bimbang. Lalu kita menyusuri malam, berjalan beriring dibawah temaram lampu kota orang-orang lalu lalang, beberapa mengukir tawa sementara kepalaku penuh tanda tanya "apa yang hendak kau tanyakan, duhai?" tatapan mata tak seperti biasanya, aku melihat binar kata-kata berjatuhan dari atas kepala: ia ingin mengatakan sesuatu, tunggulah hingga membuncah sementara bawalah ia menaiki mesin waktu, mengisahkan lampau dimana semua kisah bermula dan terus saja kepala diputari tanda tanya "Duhai..Apa yang hendak engkau katakan?" Ia menjatuhkan tubuhnya ke belakang sofa sesekali matanya memejam sembari berkata sangat pelan "Mengapa tak pernah mati sega...

Tahun kesepuluh

    seorang lelaki memandangi timur langit, pada suatu hari menjelang senja, langit memutarkan cerita. seperti mesin waktu. ia dibawa kesana utuh, tiba-tiba saja ia tersenyum "aku mengingatnya' gumamnya, "wajah itu", tambahnya "yang akan selalu aku bawa hingga berpuluh umurku". ia lalu menghitung jari tangannya, sebanyak itulah bilangan tahun dimana wajahnya tak pernah luruh, menabuhkah derap yang terkadang membuat hatinya runtuh. namun ajaib, semua rapuh itu selalu saja dikalahkan seonggok harap. maka ia kembali tersenyum, hingga sepuluh tahun.     "wajah itu" serunya "selalu menunduk, namun tak ada yang dapat mengalahkan senyumnya, sekalipun lengkung sabit bulan" cerita yang berputar, hingga kisah mereka tak jua usai, entah sampai kapan, namun selalu saja ia nikmati semua debar, juga harapan-harapan setinggi awan yang diarak angin menuju barat, lalu tenggelam, hilang ditelan malam.     mereka sedekat langit dan awan, hingga orang-ora...

Jatuh

Seorang lelaki jatuh; dalam senyum pada wajah yang melukiskan binar juga tentram yang demikian dalam. Sedalam lautan. ada apa gerangan dengan lengkung sabit bulan? sungguh indahnya telah terkalahkan !